JAKARTA, iNewsTegal.id - Dunia musik tengah berduka atas kepergian salah satu legenda pop, Connie Francis, yang meninggal dunia pada 16 Juli 2025 di Pompano Beach, Florida, Amerika Serikat, dalam usia 87 tahun.
Kepergiannya menjadi penanda berakhirnya sebuah era dalam sejarah musik pop dunia.
Connie Francis, yang memiliki nama lengkap Concetta Rosa Maria Franconero, adalah salah satu vokalis wanita paling berpengaruh pada era 1950-an hingga awal 1960-an.
Lahir di Newark, New Jersey, pada 12 Desember 1937, ia dikenal luas berkat suara khasnya yang memukau serta deretan lagu hit yang sukses secara global.
Sepanjang kariernya, Connie berhasil menjual jutaan rekaman dan mencetak sejarah di tangga lagu Billboard, menjadikan warisan musiknya tetap abadi dan menginspirasi generasi demi generasi.
Kabar duka ini datang hanya dua bulan setelah salah satu lagunya yang dirilis pada 1962, "Pretty Little Baby", kembali viral di platform TikTok—menunjukkan bahwa karyanya masih relevan dan dicintai lintas generasi.
Meski penyebab kematiannya belum diungkap secara resmi, kepergian Connie Francis meninggalkan luka mendalam di hati para penggemar dan insan musik.
Bakat musiknya mulai terlihat sejak usia empat tahun, dengan dorongan kuat dari sang ayah yang mendorongnya untuk mengasah kemampuan vokalnya. Ia pun aktif mengikuti berbagai ajang pencarian bakat di tingkat lokal.
Titik balik kariernya terjadi saat tampil dalam program televisi Startime Kids di NBC. Dari sinilah namanya mulai dikenal, dan ia pun mengadopsi nama panggung Connie Francis yang kemudian melekat kuat dalam dunia hiburan.
Langkah besarnya dimulai saat menandatangani kontrak rekaman, yang membuka jalan menuju ketenaran. Dengan bakat dan kerja kerasnya, Connie menapaki perjalanan panjang yang menjadikannya salah satu ikon musik pop dunia.
Masa keemasan Connie berlangsung sepanjang dekade 1950-an hingga awal 1960-an. Ia menjadi salah satu penyanyi solo wanita tersukses, baik di Amerika Serikat maupun di panggung internasional.
Lebih dari 100 juta rekaman terjual di seluruh dunia—dan beberapa laporan bahkan menyebutkan angka penjualan mencapai lebih dari 200 juta keping, menandakan besarnya pengaruh Connie di industri musik.
Beberapa lagu terkenalnya antara lain:
"Who's Sorry Now?"
"My Heart Has A Mind Of Its Own"
"Where the Boys Are"
"Don't Break The Heart That Loves You"
"Everybody's Somebody's Fool"
Lagu terakhir itu, "Everybody's Somebody's Fool", mencatat sejarah pada tahun 1960 karena menjadikan Connie wanita pertama yang berhasil meraih posisi No. 1 di tangga lagu Billboard Hot 100.
Tak hanya itu, ia juga menjadi wanita pertama yang menempatkan tiga lagu berbeda di posisi puncak tangga lagu tersebut—sebuah pencapaian luar biasa di masanya.
Pada tahun yang sama, Connie diakui sebagai artis wanita tersukses di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, Italia, dan Australia. Pengakuan ini mengukuhkan statusnya sebagai superstar global.
Namun di balik gemerlap kariernya, Connie juga harus menghadapi masa-masa sulit dalam hidupnya.
Sejak tahun 1974, ia mengalami berbagai trauma dan gangguan kesehatan mental, termasuk diagnosis PTSD (gangguan stres pasca-trauma), yang sempat menghentikan aktivitas bermusiknya.
Pada tahun 1984, ia sempat mengalami percobaan bunuh diri dan koma selama beberapa hari.
Kisah perjuangan ini ia tuangkan dalam otobiografinya yang berjudul Who's Sorry Now?, yang kemudian menjadi buku terlaris versi The New York Times.
Buku tersebut memberikan gambaran jujur tentang sisi kelam kehidupannya, namun juga memperlihatkan kekuatan dan keteguhannya untuk bangkit.
Connie kembali ke dunia hiburan pada 1989 dan aktif tampil hingga tahun 2018 sebelum akhirnya pensiun. Pada Mei 2025, lagu "Pretty Little Baby" kembali viral di TikTok, membawa kebahagiaan tersendiri bagi Connie karena karyanya diapresiasi oleh generasi muda.
Ia bahkan sempat merencanakan untuk kembali tampil di awal Juli 2025, namun kondisi kesehatannya yang menurun membuat rencana itu tak terwujud.
Kepergiannya pada 16 Juli 2025, dua bulan setelah lagu lamanya kembali populer, menjadi akhir dari perjalanan seorang ikon yang telah meninggalkan warisan musik yang tak ternilai bagi dunia.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait