get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Catatan Manis Jepang di Piala Dunia 2022, Sukses Taklukkan Raksasa Spanyol

Tragis! Alami Kekeringan di 3 Negara di Eropa, Air Pun Dijatah

Sabtu, 09 Juli 2022 | 18:17 WIB
header img
Tragis! Alami Kekeringan di 3 Negara di Eropa, Air Pun Dijatah. (Foto: DOK.iNews.id)

JAKARTA, iNews.id - 3 Negara di Eropa bagian selatan mengalami kekeringan dan gelombang panas ekstrem akibat konsumsi air berlebih dan perubahan iklim yang masif.

Bahkan, Pemerintah Italia pun meminta warganya membatasi penggunaan air seminimal mungkin. Padahal, konsumsi air oleh warga di Uni Eropa hanya mencakup 9% dari total penggunaan, sementara bagian terbesarnya, yakni sekitar 60% konsumsi air diserap oleh sektor pertanian.

"Kekeringan adalah satu hal, yang lainnya adalah berapa banyak air yang kita ambil dari sistem," kata Nihat Zal, ahli air di Badan Lingkungan Eropa EEA, seperti dilansir dari DW, Jumat (8/7/2022).

Situasi paling paling dramatis terlihat di Italia utara, yang mengalami kekeringan terburuk dalam 70 tahun terakhir. Lebih dari 100 kota telah diminta untuk membatasi konsumsi airnya.

Pada hari Senin (04/07/2022), pemerintah Italia menyatakan keadaan darurat untuk lima wilayah hingga akhir tahun. Menghadapi krisis air itu, pemerintah kini menyiapkan dana bantuan jangka pendek sampai 36 juta euro.

Karena curah hujan selama musim dingin sangat minim, debit air di sungai Dora Baltea dan sungai sungai Po, sungai terbesar Italia, tercatat delapan kali lebih rendah dari biasanya.

Kedua sungai menyuplai air untuk salah satu kawasan pertanian terpenting di Eropa. Sekitar 30% produksinya saat ini terancam akibat kekeringan.

Otoritas irigasi di wilayah barat laut Italia memerintahkan agar pohon buah-buahan tidak lagi disiram. Air yang dihemat akan digunakan untuk mengairi tanaman padi yang bernilai ekonomi lebih tinggi.

Walikota kota Verona telah mengumumkan, menyiram taman dan lapangan olahraga, mencuci mobil dan teras, mengisi kolam air dan kolam renang dilarang hingga akhir Agustus nanti untuk menjaga persediaan air minum. Kebun sayur hanya boleh disiram pada malam hari.

Kota Pisa juga mulai menerapkan penjatahan air. Mulai bulan ini air minum hanya dapat digunakan "untuk keperluan rumah tangga dan kebersihan pribadi". Pelanggaran akan mengakibatkan denda hingga 500 euro.

Di Milan, semua air mancur dekoratif telah dimatikan. Walikota kota kecil Castenaso ingin mengatasi masalah ini lebih drastis lagi: Dia telah melarang penata rambut dan tukang cukur untuk mencuci rambut pelanggan mereka dua kali.

Di kota kecil berpenduduk 16.000 jiwa itu ada 10 penata rambut, yang ditargetkan menghemat ribuan liter air per hari.

BACA JUGA

Gairah Seks Tinggi, Melissa Satta Sanggup Layani Kevin-Prince Boateng Sehari Bisa 10 Kali

Kekeringan di Portugal

Tak hanya Italia, kekeringan parah juga menimpa Portugal. Negara ini mulai bersiap menghadapi tahun yang sangat kering. Kurangnya curah hujan dan rendahnya debit air di bendungan-bendungan mendorong pemerintah untuk membatasi penggunaan pembangkit listrik tenaga air menjadi dua jam per minggu.

Tujuannya, untuk menjamin pasokan air minum bagi 10 juta penduduk Portugal, setidaknya selama dua tahun.

Pada akhir Mei, kekeringan parah sudah terjadi di 97% wilayah negara itu. Beberapa daerah mengalami musim kemarau terparah dalam seribu tahun. Asosiasi untuk irigasi pertanian di kota Silves, Lagoa dan Portimo di Portugal selatan telah mengaktifkan rencana darurat, di mana 1.800 lahan pertanian harus mengurangi separuh irigasi pada beberapa tanaman.

Krisis air di Spanyol

Spanyol saat ini juga mengalami kekeringan parah, dengan dua pertiga dari total luas lahannya berisiko mengalami kegersangan. Banyak lahan subur berubah menjadi tanah kering.

Menurut biro meteorologi Spanyol, ini musim dingin terkering paling parah setelah kekeringan ekstrem tahun 1961.

Di Spanyol utara, 17 daerah terpaksa mengambil tindakan drastis. Kota Campelles di Catalonia sejak Februari lalu membatasi air aliran untuk warga hanya beberapa jam per hari.

Spanyol adalah produsen produk pertanian terbesar ketiga di Uni Eropa. Setidaknya 70% dari semua air tawar digunakan untuk kebutuhan pertanian.

"Permintaan terus naik. Alih-alih mengusulkan kebijakan yang menghemat air, kami bertindak seolah-olah Spanyol memiliki air sebanyak Norwegia atau Finlandia. Kenyataannya, kami lebih seperti Afrika Utara."

Nihat Zal dari EEA mengatakan, untuk mengelola krisis air dengan lebih baik, penting untuk beralih dari manajemen krisis dan penjatahan air ke pemikiran jangka panjang.

Hal ini berarti meningkatkan efisiensi dalam penggunaan air, manajemen risiko berwawasan ke depan, dan mempersiapkan diri untuk krisis berikutnya.

"Artinya beradaptasi dengan perubahan iklim di tingkat individu, di tingkat lokal, tingkat pemerintah, di semua tingkat," pungkasnya.

BACA JUGA

Bintang Film Porno Miliki Gairah Seks Meledak-ledak, Tiduri Ratusan Atlet

Editor : Miftahudin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut