JAKARTA, iNewsTegal.id - Ini alasan warga Korsel enggan punya anak, meski dibawar Rp11 juta per bulan. Korea Selatan diprediksi kembali memecahkan rekor kelahiran terendah di seluruh dunia.
Ia bahkan "mengalahkan" angka terendah mereka sendiri yang sudah berada di bawah 1,0 pada tahun 2021. Dikutip dari New York Times, tingkat fetilitas di Korea Selatan terus menurun sejak tahun 1970.
Saat ini, jumlah rata-rata anak yang lahir dari seorang wanita selama tahun-tahun reproduksinya masih berada di atas angka 1, yaitu sekitar 4,53. Angka tersebut terus merosot tajam hingga turun di bawah 1 pada tahun 2018.
Hal ini dipicu biaya perumahan, perawatan anak dan pendidikan meningkat. Selain itu lahan pekerjaan menjadi semakin langka dan membuat kaum muda menjadi khawatir akan masa depan mereka sendiri.
Apalagi jika berkeluarga dan memiliki anak. Hingga tahun 2021, Badan Statistik Nasional Korea mendapati angka fertilitas mencapai 0,81.
Dan tahun ini jumlah tersebut diperkirakan akan semakin turun mengingat kenaikan harga rumah juga semakin tinggi. Kondisi ini berimbas pada semakin enggannya orang memiliki anak.
Pemerintah sudah menginvestasikan banyak dana untuk menanggulangi masalah ini. Selama 16 tahun terakhir, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengaku sudah mengeluarkan lebih dari 200 miliar dollar untuk meningkatkan populasi.
Dana sebanyak itu digunakan untuk mendukung keuangan bayi yang baru lahir. Jumlah tunjangan bulanan tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dari yang hanya 300 ribu won di tahun 2022, menjadi 700 ribu win tahun berikutnya. Jumlah itu akan menjadi 1 juta won pada tahun 2024.
Namun tak sedikit para ahli yang menganggap tindakan itu hanyalah aksi buang-buang uang saja. Masyarakat masih tetap skeptis untuk memiliki anak.
Hal ini karena memiliki anak tidak hanya berkaitan dengan uang. Lingkungan terkadang juga tidak mendukung masyarakat Korea Selatan memiliki anak.
Beberapa skandal dalam beberapa tahun terakhir yang melibatkan pengasuh yang menyerang bayi telah membuat banyak orang tua kecewa. Meskipun kasusnya minim, kasus tersebut dipublikasikan dan terekam CCTV, cukup membuat emosional.
Editor : Miftahudin