WASHINGTON, iNews.id - Mantan agen Central Intelligence Agency (CIA), Robert Baer, mengatakan NATO sedang bergerak menuju perang langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Menurutnya, konflik mungkin berubah menjadi perang nuklir.
Baer percaya situasinya kemungkinan akan menjadi jauh lebih buruk di mana Putin, menurutnya, sedang mengejar "fasisme Rusia". Baer mengatakan tidak ada yang bisa memperkirakan sejauh mana Putin akan melangkah.
Mantan agen CIA, yang membahas ancaman Putin dalam buku barunya “The Fourth Man”, mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) diabaikan begitu saja ketika invasi Rusia ke Crimea 2014 dan kemudian serangan ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu.
"Apa yang kita miliki hari ini lebih buruk dari apa pun selama Perang Dingin," katanya kepada surat kabar Inggris, Express, Kamis (9/6/2022).
“Tidak diragukan lagi Barat harus mendukung Ukraina, tetapi pada saat yang sama kami sedang menuju konflik langsung antara NATO dan Rusia," ujarnya.
"Apakah itu akan menjadi nuklir atau tidak adalah dugaan siapa pun". Semua orang tahu tentang dugaan Putin menemukan Tuhan dan pelukannya tentang apa yang dapat digambarkan sebagai fasisme Rusia, tetapi di sisi lain tidak ada yang memperkirakan delusinya akan diterjemahkan ke dalam perang tanah terbuka dan genosida," paparnya.
“Jika Putin benar-benar tidak terpengaruh seperti yang terlihat, segalanya akan menjadi jauh lebih buruk.” Baer juga tidak yakin apakah ada kebenaran tentang apakah Putin menderita kanker atau penyakit lain. Banyak laporan menyebut Putin tampak bengkak di wajahnya dalam beberapa bulan terakhir, yang dapat menunjukkan bahwa dia menggunakan steroid.
Pada parade Hari Kemenangan Rusia bulan lalu, Putin tampak lemah dan menggunakan selimut agar tetap hangat, yang sangat kontras dengan citra macho yang dia kembangkan di masa lalu. "Mengenai kesehatan Putin, saya tidak akan berkomentar selain mengatakan ketika saya berada di CIA saya mendengarkan dokter kami memprediksi kematian berbagai tiran tetapi pada akhirnya ketika mereka akhirnya mati waktunya datang sebagai kejutan," paparnya.
Mantan agen CIA itu percaya bahwa Barat telah meremehkan Rusia setelah berakhirnya Perang Dingin adalah sebuah kesalahan. "Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, CIA menganggap KGB sebagai kekuatan yang dikalahkan dan semuanya berhenti memata-matai," kata Baer.
“Ternyata itu adalah kesalahan besar karena selama tahun 90-an KGB merencanakan kembalinya mereka, menyusup ke mana-mana yang diperlukan.” Dia merasa bahwa mata-mata Rusia yang bekerja di AS juga berhasil memastikan bahwa Barat melewatkan apa yang terjadi.
"Mole KGB di Amerika juga menyebabkan kerusakan yang sangat besar, lebih buruk dari Cambridge Five," katanya. “Tidak heran jika CIA merindukan garis keras KGB di belakang Putin dan rencana mereka untuk memutar balik waktu, untuk memasukkan Ukraina kembali ke kekaisaran Rusia," ujarnya.
“Kebetulan, semakin saya belajar tentang kebangkitan Putin, semakin saya yakin dia adalah pentolan kudeta KGB yang diam-diam daripada kesalahan Yeltsin.” Penyusupan itu, imbuh Baer, telah menumpulkan kemampuan Amerika Serikat untuk memprediksi pergerakan Putin.
"Dampak langsung dari kegagalan CIA untuk menjaga denyut nadi Rusia adalah bahwa mereka tidak dapat menghubungkan titik-titik, yaitu pengambilalihan Crimea oleh Putin pada tahun 2014 dengan keputusannya untuk menyerang Ukraina pada Februari ini," katanya.
“Tidak benar-benar memahami ambisi Putin dan kemudian tidak bereaksi tegas terhadap Crimea sama dengan Presiden Obama dan Munich Eropa." “Adapun [Donald] Trump, Putin akan karena semakin didorong oleh Trump yang tidak pernah berhenti berbicara tentang meninggalkan NATO.
Belum lagi Putin mengira AS dipimpin oleh orang bodoh nativis yang buta huruf yang berhasil mengembalikan Amerika Serikat ke isolasionisme," sambung Baer.
Editor : Miftahudin