2. Pendidikan Super Berat
Mengutip artikel berjudul Pasukan Elite TNI Bergerak Secepat Anginyang dilansir situs resmi TNI pada 28 November 2005, setiap prajurit Denjaka wajib mengikuti pendidikan Penanggulangan Teror Aspek Laut (PTAL) kurang lebih selama 5,5 bulan. Dalam kursus yang digelar di Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan, calon anggota Denjaka diberikan materi intelijen, taktik dan teknik antiteror, dan antisabotase, dasar-dasar spesialisasi, hingga komando kelautan.
Selebihnya pendidikan dilakukan di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Calon Denjaka ditempa di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang kerap menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.
Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun kecuali garam. Mereka dituntut memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di hutan. Di dalam hutan, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan per orangan dalam waktu berhari-hari. Tak jarang mereka harus memakan binatang liar untuk bertahan hidup, seperti ular, monyet, dan lain sebagainya.
Untuk latihan udara, prajurut Denjaka dilatih terjun bebas. Latihan terjun bebas itu tidak hanya dilakukan siang hari tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh. Atas kemampuan tersebut, Denjaka pun dijuluki sebagai pasukan Hantu Laut.
3. Memiliki IQ Tinggi Selain harus memiliki ketahanan fisik yang mumpuni, prajurit Denjaka adalah seorang yang cerdas atau ber-IQ tinggi. Mereka dituntut untuk cepat mengambil keputusan dan tindakan dengan menyesuaikan situasi di lapangan. Saat pendidikan, mereka diberikan teori di kelas hanya 20%, selebihnya latihan di lapangan.
Itulah mengapa dari sekian banyak yang mengikuti pendidikan calon prajurit Denjaka, hanya sedikit yang lulus. Konon, setiap tahun hanya 50 orang saja yang lulus dari berbagai jenis ujian. Karena kemampuan yang dimiliki, prajurit Denjaka disebut setara dengan 12 prajurit tempur biasa.
4. Dibekali Senjata Khusus Untuk mendukung operasi yang dilakukan prajurit Denjaka juga dibekali dengan senjata dari berbagai jenis. Antara lain submachine gun MP5, HK PSG1, Daewoo K7, senapan serbu G36, HK416, M4, Pindad ss-1, CZ-58, senapan mesin ringan Minimi M60, Daewoo K3, serta pistol Beretta, dan HK P30 dan SIG Sauer 9 mm.
5. Semboyan Satya Wira Dharma Prajurit Denjaka memiliki semboyan khusus, yakni Satya Wira Dharma. Semboyan ini berarti janji seorang ksatria untuk melindungi harkat dan martabat keluarga, agama, nusa, bangsa, dan masyarakat. Karena itu, selain operasi kemiliteran, Denjaka juga kerap dilibatkan dalam kegiatan kemanusian. Salah satunya adalah pencarian pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. Pesawat ini mengangkut 62 orang yang terdiri dari enam kru, 46 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi. Dalam pencarian tersebut Korps Marinir mengerahkan 17 personel Denjaka di bawah pimpinan Kapten Marinir Haryono dan 14 Personel Taifib di bawah pimpinan Lettu Marinir Sofy Rahmadani dengan membawa peralatan selam, GPS, Sonar Set, Radio bawah air, Sea Reader, Perahu Karet dan peralatan pendukung lainnya.
BACA JUGA
8 Kota dengan Janda Terbanyak di Indonesia, Brebes dan Tegal Termasuk
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait