JAKARTA, iNews.id - Nyali AKBP (Purn) Hartino tak bergeming sedikit pun ketika berhadapan dengan sang Komandan Detasemen. Saat itu, Hartino yang menjabat Inspektur Dua (Ipda) mengacungkan senapan AR 15 dan melepas pengamannya untuk membidik Komandan Detasemen demi membela prajurit Ranger atau Resimen Pelopor Brimob .
Ketegangan mengendur ketika Ipda Hartino melihat Komandan Detasemen yang berpangkat Ajun Komisaris itu pucat. Jiwa keras Hartino terkuak ketika dia diturunkan dalam misi infiltrasike Irian Barat/Papua pada tahun 1962.
Dikutip dari buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, karya Anton Agus Setyawan dan Andi Muh Darlis, Januari 2013, Hartino beralasan sang komandan belum berhak menggunakan nama Pelopor karena belum melaksanakan ujian kualifikasi Pelopor. Tim Resimen Pelopor dalam Operasi Trikora tahun 1962.
Karena dalam Resimen Pelopor jumlah perwira tidak mencukupi, maka untuk menutupi kekurangan tersebut beberapa perwira Brimob yang pernah mendapat pendidikan Pelopor dipanggil kembali untuk kepentingan justifikasi jumlah pasukan agar bisa mencapai setingkat Detasemen. Ketika sang Komandan Detasemen memberi perintah dengan nada keras, si prajurit segera membidikkan senjatanya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait