Teh adalah minuman yang menggambarkan sebuah keakraban satu sama lain, baik di lingkungan keluarga maupun dalam komunitas. Banyak jamuan kenegaraan maupun pesta dari kelas kampung sampai kelas atas hampir tak luput dari hidangan teh.
"Beberapa negara yang masih menjaga tradisi minum teh adalah Jepang, Tiongkok, dan Srilanka. Di Jepang misalnya, minum teh bahkan memiliki ritual tersendiri yang disebut Chanoyu atau Sado yang mencakup aspek tata cara penyajian, etika, dan upacara," tutur Erwindho.
Di Indonesia sendiri, tambah Erwin, teh menjadi tradisi suguhan minuman yang mendobrak sekat-sekat, menghilangkan batas-batas, dan melebur menjadi budaya minum yang memasyarakat. "Kata teh tidak dapat dilepaskan dengan kata keakraban. Itu poin pentingnya," ujar Erwin.
Ketika disinggung masalah sekilas sejarah teh, Erwindho menjelaskan, berdasarkan penelusuran berbagai sumber, kebiasaan minum teh diduga berasal dari Tiongkok yang kemudian berkembang ke Jepang dan Eropa.
Kemudian kali pertama masuk Indonesia pada 1684 berupa biji teh yang dibawa oleh Andrea Cleyer asal Jerman yang ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Kemudian, tahun 1694 seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan adanya perdu teh muda berasal dari Tiongkok tumbuh di Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait