KOTA TEGAL, iNews.id -
Budayawan Pantura Atmo Tan Sidik yang merupakan salah satu penggagas acara wisuda sasterawan, menyampaikan wisuda sasterawan merupakan acara wisuda yang pertama kali dilaksanakan.
Mereka yang diwisuda merupakan penggiat sastera Tegal, mereka juga penggiat yang minimal telah menghasilkan 10 karya Sastra Tegal, Baik itu puisi, cerpen maupun tulisan dalam bahasa Tegal, buku, skrip film dan karya sastra lainnya.
"Untuk menjaga keaktifan wisudawan, acara wisuda yang akan dilakukan ke depan, para wisudawan yang saat ini diwisuda minimal harus menghasilkan 10 karya lagi, " terang Atmo.
Atmo Tan Sidik berharap ke depan, setelah mereka yang diwisuda mendapatkan pengakuan yang bersifat kultur, mereka akan makin produktif dan Kota Tegal saat ini sedang “mekantar-kantar” ada identitas lokal yang dipelihara melalui ideom-ideom sastra.
Menurut tokoh sasterawan Tegal, Dr. Maufur, wisuda sasterawan tidak melanggar kaidah akademisi.
"Memang sasterawan itu merupakan gelar yang disematkan masyarakat. Tapi dengan diwisuda para sasterawan akan lebih percaya diri untuk terus berkarya, " terang Maufur yang mantan rektor UPS Tegal sekaligus juga mantan Wakil Walikota Tegal itu.
Sementara, pemerhati Sastra Tegal Yono Daryono menyampaikan bahwa, pihaknya sudah menyelenggarakan Kongres Bahasa Tegal di tahun 2006. Namun kemudian dari hasil rekomendasi kongres, tidak disambut dan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait.
Ia menjelaskan bahwa salah satu hasil kongres untuk melestarikan Bahasa Tegal adalah dengan mengajarkan Bahasa Tegal di sekolah-sekolah ke dalam muatan lokal. Ia mengkhawatirkan kondisi dimana anak-anak yang notabene berasal dari Kota Tegal namun tidak memahami Bahasa Tegal.
"Saya kira semua pihak bisa mendorong pelestarian Bahasa Tegal, salah satunya dengan terus berkaya dengan menulis dan terus menulis sastra Tegal. Dengan adanya wisuda sasterawan Tegal ini akan semakin memperteguh kesasterawaan mereka, " ucap Yono Daryono.
BACA JUGA
https://tegal.inews.id/read/114956/astaga-56-persen-remaja-bawah-umur-di-bandung-sudah-tidak-perawan
Editor : Miftahudin