get app
inews
Aa Text
Read Next : 210 Jenazah Asal Ukraina Dikembalikan Rusia, Tentara Korban Perang Mariupol

Balas Sanksi Negara Barat, Rusia Larang Ekspor 200 Produk

Jum'at, 11 Maret 2022 | 12:40 WIB
header img
Balas sanksi Barat, Rusia larang ekspor 200 produk hingga akhir 2022. Foto: Reuters

MOSKOW, iNews.id - Rusia membalas sanksi Barat kerena menginvasi Ukraina, dengan memberlakukan larangan ekspor pada sejumlah produk hingga akhir tahun ini. Larangan tersebut meliputi, ekspor telekomunikasi, medis, kendaraan, pertanian, peralatan listrik, dan beberapa produk kehutanan seperti kayu.  

Kementerian Ekonomi Rusia menyatakan, langkah-langkah lebih lanjut bisa mencakup pembatasan kapal asing dari pelabuhan Rusia.  

"Langkah-langkah ini adalah respons logis terhadap sanksi yang dikenakan pada Rusia," kata Kementerian, dikutip dari BBC, Jumat (11/3/2022).  Kementerian Ekonomi menambahkan, larangan terhadap negara-negara yang telah melakukan tindakan tidak bersahabat kepada Rusia bertujuan untuk memastikan fungsi sektor-sektor utama ekonomi tidak terganggu. 
Larangan ekspor mencakup lebih dari 200 produk dan akan berlangsung hingga akhir 2022. 

Sementara itu, pemerintah Barat telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia, terutama atas pembelian minyak, dan terhadap miliarder oligarki yang dianggap dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. 

Sekitar 48 negara akan terpengaruh dari larangan ini, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Perintah itu menyatakan, pengecualian ekspor dapat dilakukan untuk wilayah Georgia yang memisahkan diri di Ossetia Selatan dan Abkhazia dan untuk anggota Uni Ekonomi Eurasia yang dipimpin Rusia. 

Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan, larangan tersebut mencakup ekspor barang yang dibuat oleh perusahaan asing yang beroperasi di Rusia. Barang tersebut termasuk mobil, gerbong kereta api, dan kontainer. Sejumlah perusahaan asing secara massal  meninggalkan atau menghentikan investasi di Rusia, di antaranya raksasa industri dan pertambangan seperti Caterpillar dan Rio Tinto, Starbucks, Sony, Unilever dan Goldman Sachs. 
Moskow menyetujui undang-undang yang mengambil langkah pertama menuju nasionalisasi aset perusahaan asing yang meninggalkan negara itu. "Pemerintah Rusia sudah mengerjakan langkah-langkah, yang meliputi pailit dan nasionalisasi properti organisasi asing. 

Perusahaan asing harus memahami bahwa kembali ke pasar kami akan sulit," ujar mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev. 

Dia menuduh investor asing menciptakan kepanikan bagi warga sipil Rusia, yang sekarang bisa kehilangan mata pencaharian. Adapun sebagian besar yang dibeli negara-negara Barat dari Rusia terdiri dari bahan mentah. Minyak dan gas, juga logam seperti aluminium dan nikel, belum lagi kalium dan fosfat, yang banyak digunakan dalam pupuk. 

Konflik telah mendorong harga barang-barang tersebut naik tajam, di tengah kekhawatiran pasokan dapat terganggu. Jika harga tetap tinggi, itu akan menyebabkan kesulitan ekonomi, terutama di Uni Eropa. Kendati demikian, larangan penjualan gerbong kereta api dan lokomotif dari Rusia tidak akan menyebabkan banyak kesulitan. 

Pembatasan penjualan mesin pertanian juga tidak akan dilakukan. Produk-produk ini diekspor, tapi ke negara-negara seperti Belarus dan Kazakhstan. Sementara dimasukkannya kendaraan ke dalam daftar merupakan masalah bagi orang-orang seperti Stellantis, pemilik Vauxhall, Peugeot dan Citroen. 

Dia telah merencanakan untuk mengekspor van buatan Rusia ke Eropa dan bagian lain dunia. Namun secara keseluruhan, dampak sanksi balasan terlihat lebih simbolis daripada signifikan. Pembatasan ekspor bahan mentah di sisi lain, jika Rusia akan memperkenalkannya dapat memiliki efek yang jauh lebih dramatis. 

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, akan ada "konsekuensi negatif untuk pasar pangan dunia karena sanksi Barat. Pasalnya, Rusia adalah produsen utama pupuk pertanian. “Jelas bahwa pada saat-saat seperti itu permintaan masyarakat terhadap kelompok barang tertentu selalu meningkat, tetapi kami tidak ragu bahwa kami akan menyelesaikan semua masalah ini sambil bekerja dengan tenang,” ujar Putin. 

Editor : Miftahudin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut