Hal Unik Ini yang Membedakan Tegal dengan Daerah Lain di Indonesia

TEGAL, iNewsTegal.id - Selama ini, masyarakat Indonesia mengenal Tegal sebagai daerah asal warung makan legendarisnya, warteg (warung tegal).
Akan tetapi, Tegal punya daya tarik dan keunikan yang tak dimiliki daerah lain di Indonesia.
Tegal bukan sekadar kota di pesisir utara Jawa. Kota ini memiliki dua julukan yang sarat makna dan menyimpan kisah sejarah yang panjang.
Julukan “Kota Bahari” tak hanya mengacu pada letaknya di tepi laut. Kata "Bahari" merupakan akronim dari Bersih, Aman, Hijau, Asri, Rapi, dan Indah. Ini bukan hanya semboyan kosong, tapi mencerminkan semangat masyarakat Tegal dalam menjaga lingkungan dan menciptakan kota yang nyaman serta tertata.
Selain itu, Tegal juga punya akar sejarah maritim yang kuat. Pada 15 November 1945, Korps Marinir TNI AL resmi didirikan di kota ini. Fakta tersebut menegaskan identitas Tegal sebagai kota para pelaut dan pahlawan laut Indonesia.
Sejak era 1940-an, Tegal dikenal sebagai pusat industri logam rumahan, terutama dalam bidang pengecoran. Keahlian masyarakatnya dalam memproduksi suku cadang kendaraan, alat rumah tangga, hingga mesin industri membuat Tegal dijuluki sebagai "Jepangnya Indonesia"—merujuk pada reputasi Jepang sebagai negara industri maju.
Bahkan menurut penelitian Universitas Negeri Semarang, lebih dari 60% industri logam skala kecil di Jawa Tengah berpusat di wilayah Tegal dan sekitarnya.
Salah satu ciri paling mencolok dari orang Tegal adalah dialeknya. Bahasa yang mereka gunakan dikenal sebagai Bahasa Ngapak—varian dari Bahasa Jawa dengan pelafalan yang tegas dan banyak menggunakan vokal terbuka.
Bahasa ini menjadi identitas kuat masyarakat Tegal. Di tingkat nasional, Bahasa Ngapak bahkan sering diasosiasikan dengan keterbukaan, kejujuran, dan keaslian. Seperti yang sering dikatakan oleh warga setempat, "Ora ngapak, ora kepenak!"—tidak ngapak, tidak enak!
Budaya Tegal tak lepas dari berbagai tradisi turun-temurun yang tetap dilestarikan hingga kini. Tradisi ini bukan hanya sekadar warisan, tapi juga mengandung nilai sosial dan spiritual yang dalam.
Minum teh dari poci tanah liat menjadi tradisi khas di Tegal. Biasanya menggunakan teh melati kering, disajikan panas dengan gula batu.
Sensasi rasanya dikenal dengan sebutan wasgitel—wangi, panas, manis (legi), dan kental (kentel). Tradisi ini menjadi momen untuk bersantai, berbincang, dan mempererat hubungan sosial.
Tradisi unik ini dilakukan oleh pasangan suami-istri yang belum dikaruniai anak. Mereka "menikahkan" dua buah poci tanah liat lengkap dengan upacara adat, sebagai bentuk doa dan harapan agar segera mendapatkan keturunan.
Tegal juga kaya akan kesenian tari tradisional. Tari Sintren adalah tarian mistis yang menceritakan kisah cinta yang tak kesampaian. Sedangkan Tari Topeng Endel dibawakan oleh penari perempuan dengan gerakan lincah dan percaya diri, menggambarkan kecantikan dan keberanian perempuan Tegal.
Tak hanya dikenal dengan warteg, Tegal juga menyimpan ragam kuliner unik yang menggugah selera dan sulit ditemukan di tempat lain.
Dua jenis camilan ini terbuat dari tahu goreng yang diberi adonan aci (tepung kanji). Tahu aci biasanya berbentuk segitiga dengan taburan daun kucai, sedangkan tahu pletok bertekstur lebih padat dan tebal. Keduanya nikmat disantap dengan cabai rawit.
Olos adalah camilan berbentuk bola berisi sayuran pedas. Gurih, pedas, dan meledak di mulut—cocok untuk penyuka rasa ekstrem.
Menggunakan daging kambing muda berumur di bawah lima bulan, sate ini terkenal empuk dan tidak berbau. Disajikan dengan kecap, irisan tomat, bawang merah, dan cabai—menciptakan rasa khas yang lezat.
Dibuat di Desa Bogares, kacang ini dipanggang dengan cara tradisional hingga menghasilkan rasa gurih dan tekstur yang renyah. Cocok sebagai oleh-oleh khas Tegal.
Terinspirasi dari kuliner Arab, kue ini berbentuk bulat pipih dan terbuat dari adonan tepung terigu, telur, dan mentega. Rasanya manis legit dan sedikit berfermentasi, mirip pancake namun lebih padat dan harum.
Tegal adalah kota kecil yang menyimpan kekayaan budaya, sejarah, dan kuliner yang luar biasa. Lebih dari sekadar persinggahan di jalur Pantura, Tegal layak menjadi destinasi wisata budaya yang menarik.
Dengan mempertahankan tradisi, bahasa, dan cita rasa lokal, Tegal membuktikan bahwa kota kecil pun mampu menunjukkan jati diri dan daya saing dalam peta budaya Indonesia.
Editor : Miftahudin