Prevalensi Stunting di Kabupaten Tegal Terus Menurun
KABUPATEN TEGAL, iNewsTegal.id - Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten Tegal terus menurun dari 28,0 persen pada Tahun 2021, menjadi 22,3 persen di Tahun 2022, turun menjadi 21,5 persen di 2023, hingga turun 15,9 persen pada 2024.
Meski lebih baik, angka tersebut masih sedikit di atas target Jawa Tengah yang sebesar 18 persen. Bupati Tegal Ischak Maulana Rohman menyampaikan, isu stunting dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Tegal yang pada 2024 mencapai 71,70, naik dari 71,12 di Tahun 2023. Peningkatan IPM, menurutnya, tidak bisa dilepaskan dari kesehatan, pendidikan, dan ekonomi masyarakat.
"Anak yang bebas stunting akan lebih sehat, lebih siap belajar, dan lebih produktif di masa depan,” katanya. Hal itu juga disampaikan oleh Bupati Tegal Ischak Maulana Rohman saat acara Gerakan Aksi Cegah Stunting di Syailendra Convention Hall Grand Dian Hotel Slawi, Selasa (9/9/2025) lalu.
Bupati Ischak menegaskan, gerakan tersebut bukan sekadar seremonial, tetapi sebuah ikhtiar kolektif untuk memastikan setiap anak di Kabupaten Tegal tumbuh sehat, cerdas, dan memiliki daya saing.
"Mencegah stunting hari ini adalah investasi IPM hari esok. Setiap gram protein, setiap imunisasi, setiap ibu hamil yang terpantau gizinya, adalah batu bata yang menyusun masa depan Tegal lebih maju,” ujarnya.
Bupati Ischak menegaskan enam instruksi aksi, mulai dari targeting berbasis data melalui e-PPGBM, memastikan layanan gizi ibu hamil 1000 HPK, integrasi MBG dengan PMT lokal, pemulihan cepat balita gizi kurang, layanan kesehatan remaja dan calon pengantin, hingga kampanye perubahan perilaku masyarakat.
“Dengan sinergi semua pihak, saya yakin Tegal bisa menjadi kabupaten yang lebih apik, maju, dan tangguh,” terangnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, dr Ruszaeni, menekankan pentingnya pencegahan stunting sejak remaja. Pasalnya, anemia pada remaja putri menjadi faktor risiko melahirkan anak stunting.
“Di Kabupaten Tegal, hasil skrining 2024 mencatat 29,34 persen remaja putri mengalami anemia, sementara target nasional 2025 tidak lebih dari 25 persen,” terang dr Ruszaeni.
Editor : Miftahudin