TEL AVIV, iNews.id - Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett menyebut negaranya berada di ambang kehancuran. Apa yang sebenarnya terjadi dengan rezim Zionis Israel? Bennett membuat pernyataan tersebut dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan ke publik pada hari Jumat pekan lalu, menyerukan dukungan untuk mempertahankan koalisi pemerintah rapuh yang saat ini.
Kolisi yang berkuasa tersebut merupakan pemerintahan minoritas saat ini setelah kehilangan mayoritas dukungan di Parlemen bulan lalu. “Kedaulatan kita yang bersatu telah hancur dua kali di zaman kuno karena konflik internal. Perpecahan pertama terjadi 80 tahun setelah berdirinya, sedangkan yang kedua terjadi sekitar 77 tahun kemudian," tulis Bennett dalam surat terbukanya.
"Kita sekarang hidup di era ketiga, dan mendekati tanda 80 tahun. Kita semua menghadapi ujian nyata, dan bertanya-tanya apakah kita akan mampu melestarikan Israel," lanjut surat Bennett yang ditulis pada peringatan pertama berdirinya pemerintah koalisi. “Beberapa hari yang lalu, kami menuju kampanye pemilu kelima yang dapat memecah tanah kami.
Saya mengambil keputusan tersulit dalam hidup saya, yaitu membentuk kabinet penyelamat nasional untuk menyelamatkan Israel dari kekacauan dan memulihkannya. Saya bermitra dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama sekali berbeda dari saya," katanya.
Dia juga menyebutkan; "Kekacauan, putaran pemilu tanpa akhir, kelumpuhan pemerintah, kota-kota Lod dan Acre terbakar di hadapan pemerintah yang dipermalukan dan berkonflik", mengacu pada pemberontakan tahun lalu yang melibatkan warga Arab-Israel di tengah provokasi Israel di Yerusalem Timur yang diduduki dan agresi militer terhadap Gaza.
"Israel menunjukkan kelemahan yang mengerikan dalam menghadapi musuh pembunuh yang menembakkan roket ke Yerusalem," ujarnya, seperti dilansir Middle East Monitor, Minggu (5/6/2022). "Dan dibatasi oleh pemujaan satu orang dan perbudakan energi negara untuk kebutuhan hukumnya," lanjut dia, mengacu pada pemimpin oposisi mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu yang menghadapi tuduhan korupsi.
Menurut survei terbaru yang diterbitkan oleh Israel Hayom, setidaknya 69 persen pemukim ilegal Israel khawatir tentang masa depan Israel yang suram. Jajak pendapat juga mengungkapkan bahwa 66 persen pemukim tidak mempercayai pasukan keamanan Israel, sementara 67 persen mendukung kepemilikan senjata api dan pengenaan denda untuk mencegah pertempuran dan konfrontasi antara warga Israel dan Palestina di dalam wilayah pendudukan.
Editor : Miftahudin