Kennet Walsh kemudian melakukan percobaan dengan menggunakan tikus laboratorium untuk lebih memahami efek hilangnya kromosom Y dalam darah. Mereka menemukan bahwa kehilangan mempercepat penyakit terkait usia, membuat tikus lebih rentan terhadap jaringan parut jantung dan menyebabkan kematian lebih awal.
Efek itu bukan hasil dari peradangan saja. Tikus tersebut mengalami serangkaian respons kompleks dalam sistem kekebalan, yang mengarah ke proses yang disebut sebagai fibrosis di seluruh tubuh. Tarik-menarik dalam sistem kekebalan ini, dipercaya para peneliti dapat mempercepat perkembangan penyakit. Mereka kemudian melakukan tiga analisis data yang dikumpulkan database biomedis besar yang ada di UK Bio Bank.
Dari hasil itu diketahui kehilangan kromosom Y pada manusia berkaitan dengan penyakit kardiovaskular dan gagal jantung. Ketika kehilangan kromosom meningkat, para ilmuwan menemukan, begitu pula risiko kematian.
“DNA dari semua sel kita pasti mengakumulasi mutasi seiring bertambahnya usia. Ini termasuk hilangnya seluruh kromosom Y dalam subset sel pada pria. Memahami bahwa tubuh adalah mosaik dari mutasi yang didapat memberikan petunjuk tentang penyakit yang berkaitan dengan usia dan proses penuaan itu sendiri, ” kata Kenneth Walsh.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait