Selain itu, diterbitkannya buku berjudul Jejak Pengawas Pemilu di Kota Bahari, merupakan bentuk apresiasi Bawaslu Kota Tegal, terhadap rekan-rekan pengawas periode sebelumnya.
“Rekam jejaknya patut untuk ditulis dan diabadikan melalui buku. Kita ceritakan semua kiprah hingga peran pengawas. Buku ini juga mewakili kehadiran Bawaslu yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pesta demokrasi,” tandasnya.
Sementara, Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Tengah, M Rofiuddin menyebut, proses Pemilu di Indonesia memiliki proses yang cukup panjang. Begitu juga keberadaan pengawas Pemilu yang mengawal proses-proses demokrasi cukup panjang sejarahnya.
Menurutnya, sejak tahun 1955 sudah ada Pemilu di Indonesia. Kemudian tahun 1980-an terbentuk pengawas Pemilu dan hingga saat ini proses-prosesnya juga masih diawasi oleh pengawas Pemilu. Berangkat dari itu, Bawaslu tidak ingin sejarah panjang itu terkubur begitu saja.
“Kita ingin menggali sejarah-sejarah pengawas Pemilu sejak 2004 hingga sekarang, agar sejarah tersebut bisa kita pelajari dan ungkap untuk anak cucu sebagai pembelajaran, sekaligus peristiwa-peristiwa pengawasan Pemilu tidak hilang begitu saja. Untuk itu, Bawaslu Provinsi Jawa Tengah bersama Bawaslu kabupaten kota, menyusun sejarah buku pengawas Pemilu di masing-masing daerah,” pungkasnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait