"Sedangkan dalam proses garapan tidak memperhatikan keseimbangan alam dan lingkungan hidup. Sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang berakibat banjir bandang, telah terjadi 4 kali dalam kurun waktu 3 tahun terakhir sejak tahun 2019," jelas Idza, Rabu (9/2/2022).
Untuk mengembalikan kondisi tersebut, lanjut Idza, tentu membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Perlunya upaya serta langkah awal agar tidak terjadi lagi bencana banjir yang lebih besar. Oleh karena itu, Idza mengajak seluruh pihak terkait, pemerintah daerah termasuk masyarakat untuk mensosialisasikan gerakan menanam kembali melalui “gerakan yuh lur nandur”.
"Inilah point penting yang harus kita sama-sama perhatikan dan harus benar-benar dipahami. Selain untuk mencegah kerusakan lingkungan dan bencana, juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tandas Idza.
Idza juga mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi atas dukungan tanam pohon tersebut. Di antaranya Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Balai Benih Tanaman Perkebunan Provinsi Jawa Tengah di Salatiga, BPDAS Hl Pemali Jratun Jawa Tengah di Semarang, Bank Jateng, Baznas, Perumda Tirta Baribis, Bulog Kantor Cabang Pekalongan, PT. Charoen Pokphand Indonesia serta seluruh pihak yang terlibat pada upaya penyelamatan dan pelestarian lingkungan di Dawuhan.
"Kepedulian-kepedulian semacam ini sangatlah penting, karena permasalahan lingkungan adalah tanggungjawab bersama. Apalagi kondisi wilayah Kabupaten Brebes banyak wilayah yang merupakan lahan kritis, dan sudah sepatutnya kita harus semakin meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan," tegas Idza.
Idza berharap agar kegiatan ini dapat berlangsung secara berkesinambungan, sehingga penghijauan tersebut membuahkan hasil yang maksimal. Karena penghijauan ini bukan hanya bermanfaat mengembalikan “kehijauan” hutan, bukit atau lahan hijau. Namun juga sebagai investasi yang kelak akan menyediakan lingkungan yang asri, sehat dan pasokan air yang melimpah bagi generasi mendatang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sampah (DLHPS) Kabupaten Brebes Laode Vindar Aris Nugroho mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat petani, agar memahami dan memilih pola tanam yang baik. Salah satunya yaitu pola tanam bersama masyarakat (agroforesty).
Agroforestry merupakan sistem usaha tani yang mengkombinasikan antara tanaman pertanian dan tanaman kehutanan untuk meningkatkan keuntungan serta memberikan nilai tambah.
Dengan menanam pohon 22.200 batang pohon jenis tegakan akan dapat mengikat air. Seperti durian, kopi, alpukat, sirsak dan lainnya. Agroforestry sebagai bentuk usaha menumbuhkan dengan sengaja dan mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dalam sistem yang memperhatikan keberkelanjutannya secara ekologi, sosial dan ekonomi.
Agroforestry juga akan memberikan kontribusi terhadap kegiatan rehabilitasi hutan dan akan berhasil pada saat tiga pilar kelestarian dipenuhi yaitu bernilai ekonomi, diterima oleh masyarakat dan mengikuti kaidah kelestarian lingkungan.
"Patut disadari bahwa kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan bukan sekadar menghitung jumlah pohon yang ditanam, tetapi mengelola masyarakat di sekitarnya," pungkas Laode.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait