Namun, ia menegaskan bahwa para dokter tidak serta-merta menyetujui permintaan pasien. Permintaan tersebut akan dipertimbangkan terlebih dahulu, terutama dari sisi medis dan estetika.
“Kalau permintaannya masih realistis, tentu bisa dilakukan. Tapi kalau tidak masuk akal—misalnya ingin hidung super mancung atau bentuk wajah yang sangat berbeda dari aslinya—kami akan jujur dan menolak,” jelasnya.
Angel juga menyebut bahwa pengaruh media sosial tak hanya membentuk tren kecantikan, tetapi juga berdampak positif terhadap bisnis klinik perawatan. Di tengah kondisi ekonomi yang lesu, industri kecantikan justru tetap tumbuh.
Klinik Derma Express sendiri mencatat lonjakan kunjungan sepanjang tahun 2025. Menariknya, pasien bukan hanya berasal dari kalangan muda, tetapi juga dari usia 40 hingga 60 tahun.
“Sekarang bukan cuma anak muda yang rajin perawatan. Banyak ibu-ibu usia 40, 50, bahkan 60 tahun yang datang karena ingin tampil lebih segar. Mereka sudah lebih sadar soal kesehatan kulit, bukan sekadar ikut-ikutan tren,” kata Angel.
Salah satu pasien, Rini, wanita muda asal Jakarta Barat, mengaku telah melakukan perawatan wajah agar tampil seperti saat memakai filter.
“Awalnya cuma coba-coba karena suka pakai filter di medsos. Tapi setelah perawatan, hasilnya bikin makin percaya diri. Rasanya lebih cantik dari sebelumnya,” ujarnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait
