Ekonom kelahiran 1894 di London ini memiliki pemikiran yang sangat berpengaruh dalam dunia investasi. Meski menjadi investor legendaris, mencari uang sebanyak-banyaknya bukanlah motivasi utama guru Warren Buffet ini. Tak heran, ia hanya memiliki total kekayaan sekitar USD3 juta atau setara dengan Rp44,8 miliar yang diwariskan kepada penerusnya.
Benjamin Graham lebih tertarik untuk mewariskan ilmu pengetahuan yang dimilikinya hingga ia pun dijuluki sebagai The Father of Value Investing.
Gagasan Investasi Benjamin Graham
Pasca kerugian yang dialami, Benjamin pun menuangkan pengalaman tak ternilai tersebut dalam sebuah buku yang ditulisnya bersama David Dodd dan dirilis pada 1934. Melalui buku ini, Benjamin Graham menuangkan konsep value investing melalui pengenalan nilai intrinsik dan margin of safety. Menurut Graham, investasi tetap akan menjanjikan sepanjang investor mendalami nilai fundamental. Kerjasama Graham dan akademisi David Dodd pun berlanjut. Keduanya menulis buku The Intelligent Investor pada tahun 1949, yang juga dianggap sebagai “Kitab Suci Investasi”.
Benjamin Graham merupakan investor yang meyakini konsep investasi pada periode jangka panjang. Menurutnya, mematuhi aturan main saham merupakan cara paling aman untuk melindungi aset yang ditanamkan. Hal ini tentu berbeda dengan konsep para spekulan yang langsung bereaksi ketika membaca pergerakan nilai instrumen.
Pemikiran-pemikiran Benjamin Graham tertuang dalam beberapa bukunya antara lain Security Analysis, The Intelligent Investor, The Interpretation of Financial Statements, World Commodities & World Currency, dan Benjamin Graham, The Memoirs of Dean of Wall Street.
Adapun Benjamin Graham memutuskan untuk pensiun pada 1956. Ia kemudian meninggal pada 1976 di Perancis. Berkat konsep dan pemikirannya, ia menjadi salah satu orang paling berpengaruh di dunia investasi.
Editor : Miftahudin