get app
inews
Aa Read Next : BPNT Minta Polisi Waspada, Jadi Sasaran Balas Dendam Kelompok Teroris

Ini Fakta Dokter Sunardi yang Ditembak Mati Densus 88

Jum'at, 11 Maret 2022 | 17:30 WIB
header img
Dokter Sunardi (Foto : Tangkapan layar media sosial)

SUKOHARJO, iNews.id - Tim Densus 88 Anti Teror Polri, menembak mati tersangka teroris bernama Dokter Sunardi dikarenakan mencoba kabur dengan mobilnya hingga membahayakan petugas dan pengguna jalan lainnya.

Sunardi dan istri beserta 4 orang anaknya tinggal di RT 01/07 Bangunsari, Gayam, Sukoharjo. Dan dikabarkan bahwa Ia bukan asli warga Gayam, melainkan pendatang. 

Bambang tidak mengetahui secara pasti dokter Sunardi berasal dari mana. Pasalnya, sejak tinggal dilingkungan dimana dirinya menjabat sebagai Ketua RT, Dokter Sunardi belum menyerahkan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Pengenal (KTP).

"Tidak ada serahkan KK dan KTP. Tinggal bersama istri anaknya ada 4. Dia membuka praktek di rumah. Kalau saya lihat pasiennya juga tidak begitu banyak. (Tempat tinggal) tidak tahu pasti sendiri atau menyewa, Saya juga tidak begitu tahu," terangnya.

Ia dikenal sebagai seorang dokter yang jarang berinteraksi dengan warga sekitar. Diketahui juga bahwa Istri Sunardi juga berprofesi seorang dokter yang bekerja di sebuah klinik di Solo.

"Yang saya kenal, beliau seorang dokter. Tapi dokter apa saya tidak tahu. Pokoknya dokter,"ujar Ketua Rt 01 Bambang Pujiana, Jumat (11/3/2022).

Kabid Perdagangan di Pemkab Sukoharjo ini menambahkan, Dokter Sunardi sangat jarang berinteraksi dengan warga. Bahkan, didalam grup WhatsApp RT, dirinya tak memasukan nama Dokter Sunardi.

"Saya tak memasukan namanya didalam grup (WhatsApp) lingkungan.Selama tinggal juga tidak ada sosialisasi dengan warga," terang Bambang.

Selama tinggal di Rt 01 Rw 07, ungkap Bambang, dokter Sunardi tak pernah membayar iuran sebesar Rp 25 ribu tiap bulannya.

Meski jarang berinteraksi, namun Bambang mengakui bila dokter Sunardi rajin pergi sholat berjamaah di masjid.

"Selama saya jadi Ketua RT, Dokter Sunardi tak pernah membayar iuran sebesar Rp 25 ribu tiap bulannya. Tapi saya akui beliau sangat rajin ke masjid. Kebetulan saya juga takmir masjid. Paling ketemu di masjid. Pas Maghrib dan isya. Dia ke masjid menggunakan tongkat karena kakinya cedera akibat kecelakaan," tutupnya.

 

Editor : Miftahudin

Follow Berita iNews Tegal di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut