arus rajin mengecek kondisi kandang makanan dan minumannya. Jika ada merpati yang sakit maka harus segera dipindahkan agar tidak menular ke merpati lain.
"Jadi memang masing-masing jenis yang dirawat ini disiapkan untuk mengikuti lomba-lomba merpati hias. Biasanya memang ada perlakuan khusus seperti diberi vitamin dan treatment lain agar speknya bisa masuk untuk kontes," tuturnya.
Untuk proses breeding, Udin menyebut sebenarnya tak terlalu sulit. Usia minimal untuk indukan bisa mulai di-breeding adalah empat bulan. BACA JUGA: Nekat ke Sukabumi untuk Usaha, Pria Ini Sukses Bisnis Bakso Omzet Rp60 Juta Sehari Setelah itu, indukan tersebut bakal dikumpulkan dengan pejantan sesuai dengan jenisnya dalam satu kandang.
Jika memang ada kecocokan, maka proses breeding akan dimulai dan indukan merpati bakal bertelur. "Kalau indukannya juara dan pejantannya juara, maka 85 persen anakannya juga bakal memiliki gen juara. Makanya untuk menghasilkan juga perlu ketelitian dan ketelatenan," ucapnya.
Saat ini, menurutnya, peminat burung berkicau cukup banyak. Pasalnya, harga jual merpati hias juga bersaing dan cukup bagus. Apalagi jika sudah juara dalam kontes, harga jualnya bisa empat atau bahkan lima kali lipat. Berbeda dengan burung berkicau, untuk kontes merpati hias lebih menitikberatkan pada originalitas sesuai dengan kondisi aslinya.
"Kalau untuk merpati hias yang sudah juara bisa sampai Rp15 juta per ekor. Bahkan ada yang sampai laku Rp40 juta. Tetapi kalau yang tidak masuk spek kontes paling hanya kisaran Rp1-2 juta. Sementara yang afkir (merpati betina yang sudah tidak produktif menghasilkan telur) kisaran Rp750.000," ujarnya.
Editor : Miftahudin