Kemudian, kadar chemical oxygen demand (COD) juga melebihi baku mutu, kadar oksigen terlarut sangat rendah, kadar nitrat melebihi baku mutu, kadar amoniak melebihi baku mutu, dan kekeruhan air sungainya juga cukup tinggi. "Jadi, banyaknya ikan yang mati atau mabuk di Sungai Serayu itu dimungkinkan karena tingginya kandungan padatan tersuspensi atau lumpur dan menurunnya kadar oksigen," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan sampel air tersebut, pihaknya belum mendapat data terkait kemungkinan adanya dugaan pencemaran dari kegiatan usaha.
Sementara dari hasil koordinasi dengan petugas Waduk Mrica Banjarnegara, kata dia, diketahui bahwa pada tanggal 1 April 2022 telah dilakukan flushing (pembilasan) atau pembukaan saluran pelimpah (spillway) sehingga lumpurnya ikut terbawa aliran Sungai Serayu ke arah hilir.
"Ternyata kemarin (6/4) ada flushing lagi (sehingga menyebabkan kematian ikan pada 7 April 2022), makanya kami akan segera koordinasi dengan BBWSO di Yogyakarta. Kayak begitu (flushing) harusnya kan tidak diizinkan," kata Junaidi. Salah seorang warga Desa Kedunguter, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Samin mengatakan ikan-ikan yang mabuk dan mati itu mulai terdampar di tepi Sungai Serayu pada Rabu (6/4) malam hingga Kamis (7/4) pagi.
Oleh karena itu, kata dia, banyak warga yang datang ke tepian Sungai Serayu untuk memunguti ikan-ikan yang mabuk atau mati tersebut. "Rata-rata bisa mendapatkan hingga satu karung. Namun yang pasti, jumlahnya tidak sebanyak pekan lalu," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Bidang Perikanan Budi Daya Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Indarto mengakui jika ikan mabuk juga banyak ditemukan di tepi Sungai Serayu, Desa Brani, Kecamatan Sampang, pada hari Sabtu (2/4). "Kalau yang hari ini (7/4), kami belum mendapatkan informasi. Semoga tidak sampai ke Cilacap," ujarnya.
Editor : Miftahudin