JAKARTA, iNews.id – Ulah kaum ekstremis sayap kanan di Eropa membakar salinan Alquran, pekan lalu, telah memicu kerusuhan di Swedia. Para radikal di sana berdalih, pembakaran kitab suci umat Islam itu adalah bentuk kebebasan berekspresi.
Para pemimpin Barat pun cuma bisa bungkam melihat perilaku intoleran kelompok garis keras yang dimotori oleh Rasmus Paludan tersebut. Padahal, tindakan tersebut sejatinya bukan bentuk kebebasan berekspresi.
Bukan kali ini saja para pembenci Islam di Barat membuat ulah. Dalam berbagai kesempatan, mereka tak sekadar membakar salinan Alquran, tapi juga gencar membuat penghinaan terhadap Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam. Beberapa waktu lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin pernah mengingatkan bahwa penghinaan terhadap agama lain itu bukanlah wujud kebebasan berekspresi.
Dalam pandangannya, perilaku tak terpuji semacam itu hanya menimbulkan pembalasan dari kaum ekstremis.
Putin menegaskan, menghina Nabi Muhammad adalah pelanggaran kebebasan dan hanya menyakiti perasaan umat Islam. Dia lantas mengutip sebagai contoh serangan terhadap kantor redaksi majalah Charlie Hebdo di Paris, Prancis, pascapenerbitan kartun Rasulullah. Sambil memuji kebebasan artistik secara umum, Putin mengatakan, kebebasan itu ada batasnya dan tidak boleh melanggar kebebasan lain.
Editor : Miftahudin