BREBES, iNews.id - Sejak Januari hingga Juni 2022, Empat pasien dari 375 kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di Kabupaten Brebes diantaranya dinyatakan meninggal dunia meski sudah mendapatkan penanganan medis. Akumulasi kasus DBD, kembali mengalami lonjakan kasus sepanjang Juni sebanyak 55 kasus.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) memang miliki gejala khusus yakni pelana kuda. Meski demikian, penyakit tersebut sebenarnya mirip dengan tifoid atau tifus dan malaria.
Staf Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dr. Adityo Susilo, Sp.PD-KPTI, FINASIM mengatakan, ketiga penyakit ini memang sulit untuk dibedakan karena gejalanya sama-sama demam.
Adityo memaparkan, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ciri nyamuk tersebut memiliki bintik-bintik putih di tubuhnya.
Salah satu kunci penting dari gejala DBD adalah demam tinggi yang muncul mendadak, kemudian pasien juga mengalami sakit kepala hebat, mata berat, nyeri otot, dan lemas.
"Infeksi ini juga bisa mengganggu proses pencernaan di lambung, maka tidak jarang pasien juga mengalami mual, nyeri ulu hati, sehingga kemampuan makan dan minum menjadi sangat turun," jelas Adityo.
Gejala tersebut, kata Adityo, muncul saat fase awal di mana virus sedang sangat aktif yang pada umumnya berlangsung selama tiga hari.
"Uniknya, setelah demam turun, justru kita masuk fase kritis. Ini karena antibodi mulai terbentuk dan sifatnya lebih destruktif. Proses perlawanan menjadi semakin hebat dan risiko syok dan pendarahan akan meningkat. Ini akan berlangsung tiga hari, tapi beberapa kasus bisa extend," ujar Adityo.
"Setelah di akhir fase kritis, demam bisa muncul lagi tapi tidak setinggi di awal. Setelah itu baru kita masuk fase penyembuhan, tentu keluhan lebih baik, trombosit meningkat, dan kondisi akan pulih," lanjutnya.
BACA JUGA
Ternyata ini Sosok Kakek Pembeli Pajero dengan Uang Sekarung, Juragan yang Punya Lahan 30 Hektar
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait