BREBES, iNews.id - Muhammad Ainu Rofiq, bocah berusia tujuh tahun di Kabupaten Brebes tak bisa menikmati masa kecilnya untuk bermain layaknya anak lain. Ia harus menjadi penopang ekonomi keluarga dengan menjadi pemulung. Bahkan, Rofiq belum berencana mengenyam bangku sekolah dasar karena keterbatasan biaya.
Ainu Rofiq tinggal bersama nenek, ibu, dan dua adiknya tak jauh dari Kantor Bupati Brebes. Mereka tinggal di RT 04 RW XVI Kelurahan Brebes, atau sekitar 200 meter di belakang Kantor Bupati Brebes. Sementara itu, ayah Rofiq, Supriyandi (31) merantau ke Jakarta. Namun, selama setahun ini tak kunjung pulang dan tanpa kabar.
Rofiq, setiap hari harus mengais rezeki dengan memunguti barang bekas di wilayah Kota Brebes. Dengan keberaniannya, bocah sekecil itu keliling di wilayah perkotaan sejak pagi hari. Siang hari, ia pulang dan melanjutkan pekerjaannya memilah barang bekas untuk kemudian dijual. Hasilnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ibu Muhammad Ainu Rofiq, April Triana (27) tak bisa banyak membantu anak pertamanya. Ia juga harus mengurus dua adik dari Ainu Rofiq, Ahmad Jagat Satria yang baru berusia 4 tahun, dan Rizki Ramadhan yang masih berusia 9 bulan. Mereka semua tinggal di rumah petak berukuran 4x7 meter.
Rumahnya sering terendam banjir saat turun hujan. Rumah tanpa kamar itu, atapnya bolong-bolong. Bagian dapur dan kamar mandinya bahkan tanpa atap. Mereka bahkan berharap tidak sering turun hujan, karena harus menahan hawa dingin dan tidak bisa tidur nyenyak. Sampai sekarang, mereka tak mendapatkan bantuan apapun.
"Setiap hari cari rongsok sama anak juga. Kalau suami di Jakarta kerja dan tidak pulang sudah lama. Tiap hari kadang dapat Rp20 ribu, kadang Rp10 ribu dari hasil cari rongsok, untuk kebutuhan sehari-hari," kata April Triana ditemui di rumahnya, Kamis (6/1/2022).
Dia melanjutkan, anak pertamanya, Ainu Rofiq, tahun ini sudah masuk usia sekolah. Namun, dirinya kebingungan lantaran tak memiliki biaya untuk mendaftarkan anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kadang sering mengalami kekurangan.
"Penginnya sih anak mau didaftarkan ke sekolah, tapi belum ada biaya," lanjut dia.
Muhammad Ainu Rofiq, bocah berusia tujuh tahun di Kabupaten Brebes terpaksa menjadi pemulung (Foto: Ist)
Ketua RW XVI, Kelurahan Pasarbatang, Baidowi mengaku miris melihat kondisi keluarga miskin tersebut. Semua anggota keluarga, baik nenek, anak, dan cucunya yang masih kecil harus menjadi pemulung dengan memunguti barang bekas yang kemudian dijual. Mereka memulung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
"Keluarga ini belum menerima bantuan apapun. Baik bantuan PKH, Sembako, dan lainnya," pungkasnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait