JAKARTA, iNews.id - Meski banyak belum diketahui mengenai penyakit dan penyebab cacar monyet, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dr Rosamund Lewis memastikan penyakit ini tidak jadi pandemi. Terlebih kasus cacar monyet mayoritas dialami kelompok Gay, Biseksual, atau yang berhubungan intim dengan sesama jenis.
WHO sendiri beranggapan apakah menghentikan vaksinasi cacar air sejak 40 tahun lalu mempercepat penularan.
"Ancaman cacar monyet terhadap populasi umum sangat rendah. Artinya, cacar monyet tidak akan jadi pandemi," kata dr Lewis di sesi #AskWHO yang ditayangkan di Twitter @WHO, dikutip dari Huffpost, Selasa (31/5/2022).
Dia meminta kepada masyarakat untuk tidak panik apalagi takut berlebih akan penyakit ini. Tingkat keparahan penyakit ini pun kecil sekali. Ya, kebanyakan pasien cacar monyet hanya mengalami demam, nyeri tubuh, menggigil, dan kelelahan.
Meski, pada kasus yang lebih serius muncul lesi di wajah dan tangan, yang bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. "Tidak ada kematian yang dilaporkan dalam wabah ini," ungkap dr Lewis.
Vaksin cacar yang ada sekarang pun diterangkan dr Lewis masih efektif menghalau cacar monyet. Ini semakin memperkecil kemungkinan cacar monyet menjadi pandemi yang membahayakan semua umat manusia.
Lebih lanjut, Dokter Lewis menegaskan bahwa hingga saat ini kebanyakan kasus cacar monyet berasal dari kelompok gay, biseksual, dan laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki. Dari data tersebut, WHO akan memberi perhatian penuh pada kelompok tersebut.
"Sebagian besar kasus cacar monyet berasal dari kelompok gay, biseksual, dan laki-laki seks dengan laki-laki (LSL). Informasi ini sangat penting untuk mencari tahu penyebab yang mungkin di masa lalu belum diketahui," kata dr Lewis.
Meski didominasi kelompok gay, biseksual, dan LSL, dr Lewis memperingatkan siapapun bisa terinfeksi cacar monyet, tanpa mengenal orientasi seksual mereka. Dia menambahkan, hingga kini tidak tahu pasti apakah cacar monyet ditularkan melalui hubungan seksual atau hanya kontak dekat antara orang-orang yang melakukan aktivitas seksual.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait