MOSKOW, iNews.id – Dalam 24 jam terakhir sistem pertahanan antipesawat Rusia menembak jatuh sebuah pesawat angkut militer dan 17 drone tempur milik Ukraina. Tak hanya itu, 33 pusat kendali, 131 posisi menembak, dan menghantam beberapa fasilitas lainnya.
Hal itu diungkapkan Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, akhir pekan ini.
“Sistem pertahanan udara Rusia di dekat Odessa menembak jatuh sebuah pesawat angkut militer Angkatan Udara Ukraina yang mengirimkan senjata dan amunisi,” kata Konashenkov dalam sebuah pengarahan di Moskow, Sabtu (4/6/2022).
Dia menjelaskan, di antara 17 drone yang dirontokkan Rusia itu, terdapat sejumlah drone Bayraktar TB2 buatan Turki yang jadi andalan Ukraina. Drone-drone itu ditembak jatuh antara lain di wilayah Luhansk, Kharkiv, dan Mykolaiv.
Konashenkov mengatakan, artileri Rusia juga berhasil menghancurkan 33 pusat kendali, 131 posisi menembak, dan menghantam 542 pusat konsentrasi pasukan dan peralatan militer Ukraina.
Selain itu, rudal presisi tinggi Rusia menghantam pusat pelatihan artileri di wilayah Sumy, Ukraina. Di wilayah itu, para instruktur militer asing melatih tentara Ukraina untuk menggunakan howitzer 155mm M777 buatan Amerika Serikat.
“Akibat serangan itu, lebih dari 400 nasionalis (tentara Ukraina) tewas, 20 tank dan kendaraan tempur lapis baja, empat rudal BM-21 Grad dan 29 kendaraan serbaguna hancur,” ujar juru bicara militer Rusia itu. Secara total, kata dia, lebih dari 3.400 unit kendaraan militer khusus Ukraina telah dihancurkan sejak dimulainya operasi militer khusus Rusia di Ukraina pada Feburari lalu.
“Total 187 pesawat, 129 helikopter, 1.104 kendaraan udara tak berawak, 328 sistem rudal antipesawat, 3.406 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya, 466 sistem peluncuran roket ganda, 1.769 senjata artileri lapangan dan mortir, serta 3.405 unit kendaraan militer khusus Ukraina telah dihancurkan sejak awal operasi militer khusus,” kata Konashenkov.
Rusia mulai meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, setelah Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk (DPR dan LPR) meminta bantuan untuk membela diri dari provokasi pasukan Kiev. DPR dan LPR adalah dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina.
Rusia mengklaim, tujuan dari operasi khusus itu adalah untuk demiliterisasi dan “denazifikasi” Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, operasi itu juga untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran “genosida” oleh rezim Kiev selama delapan tahun terakhir.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait