"Dulu sambutan masyarakat terhadap kesenian burok ini sangat antusias. Begitu ada masyarakat yang hajatan dan ada pertunjukan burok, masyarakan langsung berkumpul untuk menonton," lanjut Sarei.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Brebes, Wijanarto mengatakan, di Kabupaten Brebes ada sekitar 400 an kelompok seni burok. Keberadaan mereka saat ini tergerus arus modernisasi dan harus tetap mempertahankan seni tradisi warisan nenek moyang ini. Kesenian burok menurutnya adalah akulturasi kebudayaan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat.
"Di Brebes sepanjang pantura itu ada sekitar 400an kelompok burok. Burok memang seni tradisi masyarakat pesisiran utara yang merupakan akulturasi kebudayaan Jawa Tengah dan Jawa Barat," kata Wijanarto.
Lebih lanjut, seorang seniman burok, Dastam mengungkapkan, sejak pandemi Covid-19, selama dua tahun ini berbagai kegiatan kesenian termasuk seni burok tidak diizinkan untuk pertunjukan. Hal ini berdampak pada penghasilan para seniman yang turun drastis karena tidak ada job pentas burok. Para seniman burok ini pun terpaksa beralih pekerjaan.
"Selama dua tahun ini sepi. Kami beralih pekerjaan seperti dagang bertani dan lainnya. Memang kondisi ini sangat memprihatinkan bagi kami," tandasnya.
Editor : Miftahudin