Menurut Anton, banyaknya kapal nelayan yang tidak melaut menjadi penyebab susahnya pakan itik.
Akibatnya banyak dari anggota KTTI yang mengurangi jumlah ternaknya, hal itu juga berpengaruh pada jumlah produksi telur.
"Biasanya saya samapai 600 itik, dengan produksi butir telur 270 perhari. Sementara kalo sekarang 300 itik produkssi 130 butir setiap hari, hanya cukup untuk beli pakan saja yang penting tetap beternak," katanya.
Sementara faktor cuaca, papar Anton, juga menjadi kendala berkurangnya itik berproduksi telur. Akhirnya peternak mengambil jalan dengan afkir bebek yang sudah tidak produksi lagi.
"Saat ini banyak peternak yang sudah terpaksa mengosongkan kandangnya, kalaupun yang masih beternak seperti saya karena memang terpaksa. Mau tidak mau tetap ditekuni karena tidak ada pekerjaan lain. Jumlah itik disetiap kandang juga saat ini pasti dikurangi tidak seperti biasanya," ucapnya.
Editor : Miftahudin