3. Poci tidak pernah dicuci
Teh poci yang disuguhkan saat moci memiliki istilah Wagistel yang merupakan singkatan dari wangi, panas, sepet, legi (manis) dan kentel (Kental). Istilah itu disematkan karena teh poci biasa disuguhkan dengan panas, wangi bunga melati, manis dan berwarna hitam pekat.
Tradisi minum teh poci berbeda dengan tradisi minum teh lainnya seperti medang. Letak perbedaanya ada pada penyuguhan dengan poci agar bisa langsung nambah tehnya. Jika medang disuguhkan tanpa poci melainkan langsung di gelas atau cangkir.
4. Penuh dengan filosopi
Nilai filosofi dari tradisi moci ini ada pada teknik penyuguhannya. Teh poci hitam yang pahit akan dituangkan ke gelas yang berisi gula batu. Akan tetapi pantangannya adalah gula batu itu dilarang diaduk agar dapat melarut dengan sendirinya.
Arti dari cara penyajian itu adalah kehidupan memang akan terasa pahit dan gelap di permulaan. Namun ketika kita mampu untuk bersabar, kehidupan itu akan berubah dari terasa pahit menjadi manis dengan sendirinya.
5. Menumbuhkan nilai Solidaritas
Nilai sosial yang bisa diambil dari tradisi moci ini adalh solidaritas dan kesetaraan atau egaliter. Masyarakat yang melakukan tradisi moci ini biasa melakukannya di dapur yang merupakan ruangan lebih intim daripada ruang tamu.
Kemudian sudah tidak menggunakan kursi tetapi secara lesehan yang beralaskan tikar sehingga sudah setara dan tidak memiliki jarak diantara orang yang meminum teh poci. Tentunya obrolannya juga menggunakan bahasa yang lebih akrab dan dekat.
Nah, itulah fakta tradisi moci di Tegal yang masih dipertahankan hingga sekarang. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca semua.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait