Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan, larangan tersebut mencakup ekspor barang yang dibuat oleh perusahaan asing yang beroperasi di Rusia. Barang tersebut termasuk mobil, gerbong kereta api, dan kontainer. Sejumlah perusahaan asing secara massal meninggalkan atau menghentikan investasi di Rusia, di antaranya raksasa industri dan pertambangan seperti Caterpillar dan Rio Tinto, Starbucks, Sony, Unilever dan Goldman Sachs.
Moskow menyetujui undang-undang yang mengambil langkah pertama menuju nasionalisasi aset perusahaan asing yang meninggalkan negara itu. "Pemerintah Rusia sudah mengerjakan langkah-langkah, yang meliputi pailit dan nasionalisasi properti organisasi asing.
Perusahaan asing harus memahami bahwa kembali ke pasar kami akan sulit," ujar mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
Dia menuduh investor asing menciptakan kepanikan bagi warga sipil Rusia, yang sekarang bisa kehilangan mata pencaharian. Adapun sebagian besar yang dibeli negara-negara Barat dari Rusia terdiri dari bahan mentah. Minyak dan gas, juga logam seperti aluminium dan nikel, belum lagi kalium dan fosfat, yang banyak digunakan dalam pupuk.
Konflik telah mendorong harga barang-barang tersebut naik tajam, di tengah kekhawatiran pasokan dapat terganggu. Jika harga tetap tinggi, itu akan menyebabkan kesulitan ekonomi, terutama di Uni Eropa. Kendati demikian, larangan penjualan gerbong kereta api dan lokomotif dari Rusia tidak akan menyebabkan banyak kesulitan.
Pembatasan penjualan mesin pertanian juga tidak akan dilakukan. Produk-produk ini diekspor, tapi ke negara-negara seperti Belarus dan Kazakhstan. Sementara dimasukkannya kendaraan ke dalam daftar merupakan masalah bagi orang-orang seperti Stellantis, pemilik Vauxhall, Peugeot dan Citroen.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait