TEGAL, iNewsTegal.id - Fenomena melihat “wajah”, bayangan, atau bentuk menyerupai figur tertentu pada objek sehari-hari kerap dianggap sebagai pengalaman supranatural. Padahal, menurut para pakar kesehatan dan penelitian terbaru, pengalaman seperti itu bukan selalu berkaitan dengan hal mistis, melainkan bisa dijelaskan secara ilmiah dan medis.
Para ahli menyebut fenomena ini sebagai pareidolia, kecenderungan otak untuk mengenali pola atau bentuk familiar dari stimulus visual acak. Kata ini berasal dari bahasa Yunani: para (keliru/salah) dan eidolon (gambar/bentuk).
Bagaimana Otak Bisa “Melihat Penampakan”?
Otak manusia berevolusi untuk cepat mengenali wajah atau pola penting dalam lingkungan. Namun, sistem pemrosesan visual kadang menghasilkan “positif palsu”, sehingga kita bisa salah mengira benda atau bayangan biasa sebagai bentuk tertentu.
Selain itu, kondisi medis tertentu juga bisa memperkuat pengalaman visual semacam ini:
Sindrom Visual Snow merupakan gangguan visual yang menyebabkan titik-titik seperti “noise” atau bintik bergerak pada penglihatan, sehingga meningkatkan pareidolia.
Gangguan neurologis dan mental, seperti skizofrenia, demensia termasuk Lewy body dementia, Parkinson, atau kondisi lain yang memengaruhi otak, dapat memunculkan halusinasi visual nyata tanpa stimulus eksternal.
Kondisi lain, termasuk efek samping obat, gangguan tidur, atau kehilangan penglihatan (mis. Charles Bonnet syndrome) juga dapat menyebabkan seseorang melihat hal yang tidak ada.
Walaupun tidak selalu berarti seseorang “salah berpikir”, munculnya visual yang tidak real perlu diperhatikan terutama jika sering terjadi atau mengganggu fungsi sehari-hari.
Kapan Harus Waspada?
Para ahli menyarankan agar Anda berkonsultasi dengan dokter bila mengalami:
- Penglihatan atau sensasi yang tidak nyata secara konsisten,
- Gejala lain seperti kebingungan, penurunan fungsi otak, atau perubahan perilaku,
- Gangguan penglihatan yang progresif atau tiba-tiba.
Konsultasi medis dapat membantu memastikan apakah pengalaman tersebut bersifat neurologis, psikologis, atau bersumber dari kondisi lain yang memerlukan penanganan.
Editor : Rebecca
Artikel Terkait
