YERUSALEM, iNews.id - Partai Arab, Raam, menarik sementara dukungan terhadap pemerintahan Perdana Menteri (PM) Naftali Bennett sebagai respons atas serangan pasukan keamanan Zionis ke Masjid Al Aqsa. Pasukan Israel menyerang Masjid Al Aqsa pada Jumat pagi, memicu kecamanan internasional.
Bennett yang menjabat sejak Juni 2021 didukung koalisi gado-gado, dari kelompok Muslim Arab hingga Yahudi garis keras. Koalisi yang memiliki perbedaan ideologis mencolok itu menguasai 61 kursi dari total 120 di parlemen, Knesset.
Pemerintahan Bennett kehilangan mayoritas tersebut pada awal bulan ini setelah seorang anggota Knesset berhaluan keras mundur. Pemicunya dia kecewa dengan keputusan pemerintah yang mengizinkan distribusi roti beragi ke rumah sakit selama Paskah.
Pemeritahan Bennett kembali terpukul setelah pada Minggu (17/4/2022) malam, Raam, pemilik empat kursi Kenesset, menangguhkan dukungan. Bahkan partai mengancam akan menarik dukungan secara permanen jika polisi Israel masih terus melakukan kekerasan terhadap penduduk Yerusalem.
"Jika pemerintah melanjutkan langkahnya terhadap rakyat Yerusalem, kami akan mengundurkan diri sebagai sebuah blok," bunyi pernyataan Raam, dikutip dari AFP, Senin (18/4/2022).
Namun penarikan dukungan Raam tak akan langsung berdampak terhadap pemerintahan Bennett karena Knesset sedang dalam masa reses hingga 5 Mei. Sementara itu seorang sumber mengatakan Bennett akan berusaha menenangkan situasi untuk mempertahankan pemerintahan.
Koalisi Bennett hanya bisa memerintah jika didukung 60 kursi parlemen. Jika Raam benar-benar mundur, koalisinya bisa bubar. Jika ada anggota mundur dari koalisi, Knesset bisa menggelar mosi tidak percaya yang bisa memaksa kembali pemilu. Jika terlaksana, maka itu menjadi pemilu kelima Israel dalam 4 tahun.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait