Temuan logam tanah jarang ini terbilang penting lantaran ke depannya semua kendaraan harus bebas emisi, sehingga mobil listrik lebih banyak digunakan. Logam tanah jarang juga digunakan pada bidang tertentu seperti bidang meterologi guna pembuatan pesawat luar angkasa hingga semi konduktor.
Logam tanah jarang ini disebut sebut jauh lebih mahal daripada emas serta platina. Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2009-2020, logam tanah jarang terdapat di di sejumlah daerag. Di antaranya di Tapanuli, Sumatera Utara sekitar 20.000 ton.
Kemudian, di Bangka Belitung terdapat mineral monasit yang mengandung logam tanah jarang. Mineral monasit ini ditemukan bersama endapan timah sekitar 186.000 ton.
Menurut Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono, studi terkait kandungan logam jarang itu telah dilakukan sejak 2020. Hasil studi menyebutkan, terdapat kandungan logam tanah jarang yang sangat langka. Namun, belum diketahui secara rinci jumlahnya.
Logam critical raw material (CRM) juga ditemukan di lumpur Lapindo. Jumlahnya diperkirakan lebih besar dibanding logam tanah jarang. CRM adalah mineral mentah untuk industri, seperti antimoni, baryte, bauksit, cobalt.
Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi, ada 28 lokasi yang mempunyai potensi logam tanah jarang. Rinciannya sebanyak 16 lokasi di Sumatera, 7 lokasi di Kalimantan, 3 lokasi di Sulawesi, serta 2 lokasi di Jawa.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait