Nabung 30 Tahun, Tukang Becak di Majalengka Bisa Berangkat Haji

Inin Nastain
Eme Karna Ardali, warga Blok Jatiraga, Desa dan Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat adalah contoh betapa keinginannya untuk berhaji tidak bisa dihentikan oleh kondisi ekonomi dan usia.

MAJALENGKA, iNews.id - Tidak semua umat Muslim bisa mendapat kesempatan pergi ke Tanah Suci menjalankan rukun Islam kelima tersebut, meskipun Haji adalah ibadah yang diidam-idamkan oleh seluruh umat Islam di dunia.

Biaya kerap menjadi kendala untuk bisa pergi ke Makkah. Apalagi, besaran biaya haji tahun ini di kisaran Rp39 juta. 

Kendati demikian, hasrat yang besar untuk menjalankan ibadah yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS itu, tidak jarang juga menjadi kekuatan tersendiri. Mencicil biaya haji dalam kurun waktu yang tidak sebentar, menjadi cara sebagian kaum muslim menyiasati kendala biaya yang dihadapi.

Eme Karna Ardali, warga Blok Jatiraga, Desa dan Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat adalah contoh betapa keinginannya untuk berhaji tidak bisa dihentikan oleh kondisi ekonomi dan usia. Dengan mengandalkan mengayuh becak dan buruh tani, Eme yang berusia 65 tahun itu berkesempatan menjalankan ibadah di Tanah suci tahun ini. 

Tidak tanggung-tanggung. Eme, akan melafalkan 'Labbaik Allahumma Labbaik' bersama sang istri tercinta, Icih Salsih Surya. Pasutri pekerja serabutan itu, akan berangkat ke Tanah Suci pada 11 Juni, bersama rekan-rekannya di kloter 11.

Sebagai pasangan yang tidak memiliki penghasilan tetap, Eme harus menjalani proses sekitar 10 tahun. Pendapatan hasil mengayuh becak, ditambah dengan penghasilan istrinya sebagai buruh serabutan, nama Eme dan Icih mulai tercatat sebagai calon jamaah ibadah haji sejak 2012 lalu.

Mereka berani mendaftarkan diri, setelah uang tabungan yang dikumpulkan sejak 30 tahun lalu dianggap telah cukup untuk 'uang muka.' Dalam kurun waktu 30 tahun itu, dia Istiqomah menyimpan uang penghasilannya dengan angka yang berbeda. 

"Mun hasil ngabecak meunang Rp60 ribu, nya kanggo resiko Rp20 ribu, nu Rp40 ribuan disimpen. (Kalau hasil ngebecak dapat Rp60 ribu, ya untuk kebutuhan sehari-hari Rp20 ribu, yang Rp40 ribu disimpan)," kata Eme.

"Kalau habis panen, hasil buburuh ( jadi buruh), gabahnya dijual, buat nambah-nambah simpenan," ujar dia lagi.

Proses daftar haji Eme sendiri mulai dilakukan pada 2012 lalu. Sama seperti sebelum-sebelumnya, dia juga selalu rutin menyetorkan uang cicilan biaya haji ke Bank, hasil dari usaha tak tetapnya itu.

"Kurang lebih 10 tahun, saya terus menabung ke Bank setiap hari. Tahun ini, alhamdulillah bisa berangkat berdua sama istri," kata Eme, Selasa (7/6/2022).

Eme sendiri sejatinya sudah bisa berangkat pada 2020 lalu. Sayang, harapannya untuk segera memenuhi rukun Islam itu tertunda.

Pandemi Covid 19, membuat Eme harus bersabar untuk segera berziarah ke Makkah. "Alhamdulillah atas izin Allah bisa berangkat tahun ini. Sekarang saya sama istri berangkat kloter 11 (pemberangkatan pertama dari Kabupaten Majalengka)," tuturnya.

Kebahagiaan Eme begitu jelas terpancar dari rona mukanya. Di usianya yang sudah tidak muda serta perjuangan yang tidak mudah, akhirnya Eme bisa berangkat haji bersama istri tercintanya.

"Alhamdulillah senang, asa lega hate (merasa lega hati). Dari dulu, sekarang bisa berangkat," katanya dengan sorot mata berbinar.

Editor : Miftahudin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network