REMBANG, iNews.id - Dampak dari penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) membuat pemerintah setempat menutup sementara pasar hewan di Desa Pamotan, Kabupaten Rembang.
Dampak dari penuturan pasar ini berdampak terhadap sejumlah warga setempat. Mereka tidak mendapat penghasilan karena aktivitas perdagangan terhenti.
Sedangkan untuk retribusi pendapatan, semua masuk ke Pemkab Rembang. Pasar Hewan Pamotan tidak hanya menjadi andalan pedagang lokal. Namun banyak pula dari Jawa Barat maupun Jawa Timur, sehingga mobilitas keluar masuk ternak sapi tergolong sangat tinggi.
“Jawa Tengah paling jauh dari Cilacap, Jawa Timur ada dari Surabaya, Pasuruan. Kemudian Jawa Barat dari Cirebon. Mereka banyak yang sudah datang Senin malam menjelang pasaran,” katanya.
Secara prinsip, pihaknya mendukung penutupan Pasar Hewan Pamotan guna menekan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK). Namun, diharapkan ada langkah lain melalui pengetatan lalu lintas ternak sapi di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang saat ini dianggap rawan. Jika PMK teratasi, maka penutupan Pasar Hewan Pamotan diyakini tidak akan terlalu lama.
“Pasar hewan ini kan tumpuan ekonomi banyak orang, kasihan kalau terlalu lama ditutup. Kami berharap PMK dapat diatasi oleh pemerintah dan pasar bisa buka kembali,” katanya.
Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Rembang, Mochammad Mahfudz mengatakan, penutupan pasar hewan di Pamotan dan Kragan yang semula dijadwalkan berlangsung dua kali pasaran, kini diperpanjang sampai ada pengumuman lebih lanjut.
Alasannya, terjadi peningkatan kasus penyakit mulut dan kuku di Kabupaten Rembang. Pembukaan pasar kembali, menunggu hasil evaluasi lintas sektoral.
“Akan Kami evaluasi terus. Kalau waktunya dibuka lagi, pasti akan kita umumkan kepada masyarakat,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto menyatakan, sapi yang terjangkit PMK sudah mencapai sekitar 1.600 ekor.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait