"Bapak saya sudah jadi marbot masjid sekitar tahun 1982, itu saat saya mau masuk TK. Kami baru tinggal di rumah ini sekitar dua tahun," kata Atun.
Saat ditegaskan mengapa dirinya ingin menjadi marbot Masjid, Waridjun dengan singkat menjawab hanya ingin memenuhi panggilan hatinya dan ibadah. Putrinya menyambar dengan segera bahwa ayahnya hanya ingin beramal dengan apa saja yang dimilikinya.
"Bapak saya itu prinsipnya jika tidak bisa beramal dengan harta, maka amal dengan tenaga. Hanya itu yang dipikirkan bapak saya," sergah Atun menimpali ayahnya yang terbata-bata menjelaskan.
Sopiah pun menambahkan, suaminya bekerja sebagai marbot dengan ikhlas tanpa bayaran. Ia pun menceritakan suaminya iba melihat marbot yang menjaga masjid di dekat rumahnya karena sudah sepuh. "Suami saya selain ibadah hanya ingin membantu marbot yang sudah tua. Itu pun tidak digaji, benar-benar panggilan hatinya," kata Sopiah.
Waridjun pun menjelaskan tugasnya sebagai marbot dilakukan sedari dahulu hanya difokuskan pada mempersiapkan waktu shalat fardhu jamaah. Dirinya pun kini masih aktif menjadi marbot lantaran teman-temannya yang membantu mengurus masjid satu persatu sudah wafat.
"Sampai sekarang yaa aktivitas saya sambilan mengurus masjid mempersiapkan waktu jamaah shalat fardhu lima waktu. Dulu bisa sekalian jadi muadzin dan iqomat, kadang juga menjadi imam shalat, yaa ibadah saja," jelas Waridjun.
Sopiah menjelaskan itikad kuatnya ingin berangkat ibadah ke tanah suci di Mekkah. "Niat kami kuat, terutama saya. Sebenarnya saya dulu yang kepingin berangkat haji. Dulu saya sudah nabung sedari tahun 1970, saya cicil penghasilan bapak dengan menukarnya menjadi emas kecil, dari dua gram seperti gelang, cincin serta kalung," kata Sopiah.
Editor : Miftahudin