"Sekarang aksesnya tertutup. Ada beberapa rumah yang aksesnya tertutup. Tidak bisa dilewati sepeda motor. Saat ini sepeda motor kami juga dititipkan ke tetangga," katanya, Rabu pagi (15/12/2021).
Rohimi berharap akses keluar masuk rumahnya bisa kembali seperti sebelum dibangun tembok. Sebab, saat terjadi kondisi darurat, ia dan keluarganya kesulitan keluar masuk rumah. Kini bangunan tembok tengah dibangun oleh pekerja Murtado. Tingginya sudah lebih dari satu meter.
"Salah satu akses keluar itu dengan melompati teras setinggi 75 centimeter dan keluar lewat rumah tetangga. Untuk beberapa tetangga penghuni rumah yang lain harus memutar," ungkapnya.
Sementara itu, Murtado tetap bersikukuh melanjutkan pembangunan tembok karena dibagun di tanah miliknya sesuai putusan pengadilan. Menurut dia, saat mediasi di pengadilan, keponakanya tak pernah hadir hingga membuatnya kesal dan terpaksa mengajukan eksekusi untuk membongkar toko milik keponakannya. Kekesalan Murtado ini pun berujung pembangunan tembok setelah pembongkaran toko.
"Saya selalu siap untuk dimediasi dengan petugas mana saja. Saya cuma menjalankan putusan pengadilan dan sama sekali tidak menutup akses. Warga masih bisa lewat. Saya bangun tembok ini untuk mengakhiri sengketa," ungkapnya.
Murtado menyebut, dalam pembangunan tembok di tanah miliknya ini, tidak ada warga yang dirugikan. Sebab, dalam pembangunan tembok itu, dirinya tidak menutup akses rumah di sampingnya. Penghuni rumah di sampingnya itu, tetap bisa lewat di tanah milik Murtado. Dirinya tidak menutup rapat akses jalan di tanahnya.
"Saya cuma bikin tembok di batas tanah saya sepanjang 15 meter, dan bukan tembok keliling. Jadi warga tetap bisa lewat di tanah saya," ungkapnya.
Editor : Miftahudin