Perjuangan Haryanto menjalani kerja sambilan sebagai sopir angkot benar-benar dilakoni sepenuh hati untuk menafkahi keluarga. Sementara itu, gajinya sebagai prajurit TNI AD disimpan untuk mewujudkan cita-citanya yang lain, yakni membeli mobil untuk dijadikan angkot.
Perjuangan Haryanto untuk bisa mendapat mobil angkot itu juga tak seindah yang dipikirkan. Simpanannya selama ini masih kurang jika harus dibelikan sebuah mobil. Oleh karena itu, ia harus utang agar bisa membayar uang muka.
Buah kesabaran Haryanto dalam menjalani bisnis patut diacungi jempol. Meski membeli angkot secara kredit, perlahan namun pasti usahanya mulai membuahkan hasil dan berkembang pesat.
Pengalaman sebagai sopir angkot yang dilakoni di sela-sela dinasnya itu menjadi bekal yang berharga untuk dijadikan pengalaman. Lebih dari itu, pekerjaannya menarik angkot tersebut melatih insting Haryanto dalam berbisnis, terutama di bidang angkutan penumpang.
Haryanto bukanlah orang yang mudah puas dengan apa yang ia bangun. Usai pensiun sebagai prajurit, Haryanto fokus menangani usaha angkotnya. Bisnis angkotnya yang ia lakoni sejak tahun 1984 itu banyak memberi modal bagi Haryanto untuk menjajaki bisnis yang lebih besar, yakni bus.
Baru pada tahun 2002, keinginan Haryanto untuk membangun PO bus bisa terealisasi. Saat itu, Haryanto memulai babak baru dalam bisnis transportasi. Tantangan yang dihadapi Haryanto dalam menjalankan bisnisnya juga semakin besar.
Selama mengelola PO Haryanto, ia juga harus menghadapi pasang surut. Jika awalnya armada busnya hanya beberapa gelintir, kini ia berhasil mengembangkan usahanya hingga memiliki ratusan armada yang melayani banyak rute di Indonesia.
Editor : Miftahudin