Makanan
Harga pangan global sudah mendekati level tertinggi 10 tahun. Sekarang, konflik Rusia-Ukraina bisa memperburuk keadaan. Rusia adalah pengekspor gandum terbesar di dunia, sementara Ukraina adalah pengekspor gandum dan jagung yang signifikan. Mereka juga mengekspor minyak nabati. Harga gandum melonjak ke level tertinggi sejak 2012 pada Kamis lalu. Harga jagung pun melonjak. Kedelai, yang sering diperdagangkan sejalan dengan jagung, juga harganya menjadi lebih tinggi.
Mesir dan Turki adalah pembeli utama gandum Rusia. Tetapi mereka tidak akan menjadi satu-satunya yang terpengaruh jika pengiriman tertunda atau sanksi mengganggu ekspor. "Terlepas dari ke mana tepatnya bahan makanan pergi, jelas jika ada kekurangan secara umum di dunia, maka harganya akan naik," kata May.
Ukraina masih perlu mengekspor 15 juta metrik ton jagung dan antara 5 juta hingga 6 juta metrik ton gandum musim ini, menurut analis komoditas Rabobank Michael Magdovitz. Sekarang pembeli seperti China beralih ke Eropa dan Amerika Serikat untuk mengisi kesenjangan.
Jika konflik berlarut-larut, persediaan terbatas di sana bisa menjadi lebih terbatas. "Jika Anda memiliki konflik yang berkepanjangan, maka Anda perlu menemukan jumlah yang jauh lebih besar," kata Magdovitz.
Kepala Strategi Komoditas Global di RBC Capital Markets Helima Croft mengatakan, risiko inflasi harga pangan yang lebih besar tampak akut karena Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang 25 persen dari ekspor gandum global, sementara Ukraina sendiri menyumbang 13 persen dari ekspor jagung. Selain itu, ada potensi pukulan lain bagi petani, di mana Rusia adalah produsen amonium nitrat terbesar, komponen kunci dalam pupuk. Menteri Pertanian AS Tom Vilsack mengatakan, konsumen Eropa dapat lebih rentan terhadap lonjakan harga pangan daripada orang Amerika.
Editor : Miftahudin