Intrik Internal Keraton Latar Belakang Makam Sunan Amangkurat 1 Berada di Kabupaten Tegal

Zafran Arshaka
Kompleks makam atau biasa juga disebut petilasan Sunan Amankurat 1, berlokasi tepatnya di Tegalwangi atau Tegalarum, Desa Pasarean, Kecamatan Adiwerna, Slawi, Kabupaten Tegal. (Foto: Zafran Arshaka)

Sunan amangkurat 1 diangkat sebagai raja Mataram Islam pada tahun 1645, menggantikan ayahnya yang bergelar Susuhunan Ing Ngalaga. Setelah resmi dinobatkan pada 1646, bergelar Susuhan Prabu Amangkurat Agung, atau disingkat Amangkurat (penguasa bumi/kerajaan).

Ia mendapatkan warisan dari sang ayah berupa wilayah kerajaan Mataram Islam yang sangat luas. Suanan Amagkurat 1 menerapkan sistem sentralisasi dengan tujuan menciptakan stabilitas jangka panjang di Pulau Jawa dengan memperbaiki lahan-lahan yang rusak akibat pemberontakan. 

Guna mencapai tujuannya, ia meninggalkan Keraton Yogyakarta pindah ke Keraton Plered yang berlokasi di Kabupaten Bantul (sekarang masuk wilayah Daerah Istimewa 

Yogyakarta/DIY). Sejak zaman pemerintahan Sultan Agung, kawasan itu sudah direncakan sebagai pusat kerajaan yang baru, dan Amangkurat 1 menetap di keraton tersebut hingga 1666.

Namun, selama masa pemerintahannya Sunan Amangkurat 1 menghadapi berbagai persoalan termasuk ancaman penggulingan kekuasaan atas dasar ketidakpuasan kepemimpinanya. 

Salah satunya pemberontakan Trunajaya pada tahun 1677. Trunajaya adalah seorang pangeran dari Madura yang memimpin pemberontakan dan didukung oleh para pejuang dari Kesultanan Gowa yang dipimpin oleh Karaeng Galesong, salah satu putra Sultan Hasanudin, dan berhasil menduduki Keraton Plered.

Setelah kedudukannya digulingkan, Amangkurat 1 melarikan diri menuju ke pantai utara bersama putra sulungnya untuk meminta perlindungan dari VOC, yang dulunya pernah diperangi oleh ayahnya. Namun, dalam pelariannya ia harus melalui berbagai macam halangan bahkan saat perjalanan pelarian Sunan Amangkurat 1 dan rombongan dirampok oleh warga desa.

Dalam kondisi sakit dan tidak berdaya ia harus menyerahkan emas dan uang yang dibawanya. Ringkasnya ia sampai ke Tegal dan sempat memiliki guru spiritual di sana, hingga akhirnya meninggal pada 13 juli 1677 di Desa Wanayasa, Banyumas. Sesuai dengan wasiatnya ia ingin dimakamkan di Tegal tepatnya di Desa Pesarean, Kecamatan Adiwena, Kabupaten Tegal.

Editor : Miftahudin

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network