Fasilitas kecerdasan buatan yang diberi nama “perangkat kultur embrio jangka panjang” itu awalnya berupa wadah tempat embrio tikus tumbuh di dalam kubus yang dibuat berderet. Masing-masing kubus itu diisi dengan cairan bernutrisi.
Pada mulanya, perkembangan setiap embrio harus diamati, didokumentasikan, dan disesuaikan secara manual oleh penggunanya. Namun, kini embrio-embrio itu sudah memiliki pengasuh AI yang memantau embrio dengan sangat detail.
Sistem AI membantu mesin mengamati perubahan terkecil pada embrio dan menyempurnakan input CO2, nutrisi, dan lingkungan. Sistem tersebut juga mampu memeringkatkan embrio berdasarkan potensi kesehatan dan perkembangannya.
Jika embrio mati atau mengalami cacat, mesin akan memperingatkan teknisi untuk mengeluarkannya dari sistem.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait