Dia juga mengklaim bahwa dia dipaksa untuk bertahan hidup hanya dengan tiga hingga empat sendok jagung per hari, dan sangat kekurangan makanan sehingga siklus menstruasinya berubah menjadi menstruasi hanya sekali setiap empat hingga enam bulan. Namun, dia masih aktif secara seksual dan harus memberi tahu penasihat politik bahwa dia hamil.
Beberapa hari kemudian dia diperintahkan untuk pergi ke kantor medis militer suatu malam.
“Seorang ahli bedah militer sudah menunggu saya,” kenangnya.
“Dia melakukan aborsi pada saya tanpa anestesi - itu masih menghantui saya hingga hari ini,” ujarnya. “Karena pengalaman itu, saya tidak hanya masih berjuang secara mental, tetapi saya juga belum bisa punya anak,” ungkapnya.
“Jadi bahkan sekarang, sulit bagi saya untuk memiliki pernikahan yang baik,” ujarnya. “Rasa malu yang saya rasakan saat itu masih menghantui saya dan akan terus begitu,” terangnya.
Editor : Miftahudin