Semakin merembetnya kanker kulit, lanjut dia, terjadi setelah suami menghentikan kontrol dan operasi ketiga. Akibatnya, setengah wajah bagian atas Suparno kulitnya digerogoti penyakit. Bahkan, karena terlalu lama menahan rasa sakit itu Suparno mulai malas makan. Kondisi tersebut, membuat fisiknya terlihat kurus akibat hanya mengkonsumsi susu dan kurang cairan.
"Meski sudah punya Kartu Indonesia Sehat yang gratis dari pemerintah. Bapak tetap gak mau berobat, alasannya gak punya biaya operasional karena lama gak kerja," terangnya.
Awal mula penyakit kanker kulit yang diderita suaminya, lanjut Roisah, sudah terjadi sejak lama. Namun, seiring berjalannya waktu muncul tahi lalat di pelipis mata. Kemudian, makin lama pecah dan berubah seperti getah timun. Akhirnya, saat periksa ke rumah sakit disarankan langsung dirujuk ke RS Karyadi untuk dilakukan operasi. Sehingga, menjalani operasi mulai 4-17 November 2018 sebanyak dua kali.
"Operasi pertama, mata kiri bapak terpaksa diambil karena rusak digerogoti kanker. Sehingga, butuh dua kali operasi lagi untuk pemulihan. Tapi, karena terbentur biaya dan pandemi Covid-19 akhirnya gak periksa sampai sekarang," ujarnya.
Untuk perawatan Suparno sehari-hari, kata Roisah, ia membutuhkan sejumlah perlengkapan medis. Seperti, kasa steril, kasa gulung, salep Mebo, kasa Daryantul hingga sarung tangan. Perawatan itu, dilakukan setiap sore hari agar luka di bekas operasi tidak infeksi. Sedangkan, kebutuhan sehari-harinya ia mengandalkan anak laki-laki ragilnya yang bekerja sebagai pelayan warteg.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait