Sayangnya, alih-alih menjadi kawasan kaum telanjang, belakangan lokasi ini lebih banyak dikunjungi oleh mereka yang gila seks. Kawasan ini pun akhirnya dikenal menjadi ibukota seks karena munculnya klub pertukaran pasangan, hotel cabul dan sebagainya.
Wisatwan yang gila seks bisa datang ke kelab malam di sini untuk pesta telanjang. Mereka juga bisa berenang telanjang di kolam renang hotel hingga larut malam.
Kawasan ini juga pernah diserang dan dibakar pada tahun 2009. Kelab dewasa dibakar. Pelaku diduga merupakan kaum naturis (kaum yang ingin lebih dekat dengan alam dengan telanjang) yang tidak suka dengan kehadiran para penggila seks.
Kini, wisata di kawasan ini hancur akibat pandemi Covid. Hampir 100 wisawatan dinyatakan positif. Pada Agustus tahun lalu, dua karyawan juga dinyatakan positif Covid usai pesta cabul.
Dilansir dari Mirror, sejak pandemi, masih banyak wisatawan yang tak patuh peraturan. Di antaranya penggunaan masker dan jaga jarak sosial. Pembatasan yang diberlakukan juga semakin memperparah kondisi wisata di kawasan ini.
Seorang pelaku bisnis di sini mengaku memiliki 800 karyawan. Sebanyak 300 orang di antaranya terpaksa diberhentikan.
"Saya telah kehilangan 80 persen bisnis saya dan saya bukan satu-satunya. Sekarang banyak orang tidak berminat untuk bersenang-senang sekarang," katanya.
BACA JUGA
5 Artis Indonesia yang Betah Menjanda Lebih dari 9 Tahun, Nomer 4 Sekarang Jadi Politikus
Editor : Miftahudin